Tuesday, May 17, 2011

Mahasiswa Farmasi UA, Tak Rasakan Suasana Cuti Bersama

“Kalau komponen minyaknya ada empat jadi  susah nentuin HLB nya, nilainya besar-besar juga,” 
itulah sepenggal kalimat yang belum tentu  dipahami semua orang yang terlontar dari Zahar, mahasiswa Fakultas Farmasi angkatan 2008.  Pendapat Zahar tersebut kemudian ditanggapi ramai oleh  teman-temannya. Sebagian setuju sebagian menyela pendapat Zahar dengan pernyataan lain. 
Suasana belajar dan diskusi bersama tampak nyata di hadapan 12 mahasiswa yang duduk mengitari meja Galeri Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) itu. Buku-buku dan kertas-kertas  berserakan di meja Galeri Fisip, komputer lipat menyala di hadapan mereka, suara tuts keyboard ditekan bagaikan tak mau kalah dengan sorak sorai pertandingan futsal yang berlangsung seru di parkir Timur Fisip Senin sore (16/5). 
            Di hari kuliah biasa, suasana diskusi atau mengerjakan tugas seperti ini tentu mudah ditemui di kawasan Kampus B Universitas Airlangga. Namun bagaimana jika suasana ini terlihat saat hari cuti bersama Senin (16/5) dan  libur Hari Raya Waisak Selasa (17/5)? Jawabnya ada pada sejumlah mahasiswa Farmasi yang selama dua hari ini, (Senin Selasa, red.)  menjadi penunggu nomaden di Galeri Fisip. Mahasiswa Farmasi yang didominasi oleh angkatan 2008 ini  sedang disibukkan dengan tugas kelompok menyusun jurnal praktikum untuk mata kuliah Semisolida.
            Setidaknya ada lima meja Galeri di Fisip, baik yang berada di sisi barat dan timur yang digunakan mahasiswa Farmasi ini sebagai tempat  berdiskusi. Setiap galeri berisi satu kelompok yang jumlah anggotanya berkisar antara 6 hingga 12 mahasiswa. Cukup membuat atmosfer di Fisip menjadi lebih ber-Eksakta.
Mereka menggunakan  tempat tersebut  sejak pukul 09.00 WIB pagi, karena gedung fakultas farmasi tutup di hari libur. Alih-alih mencari literatur di ruang baca Fakultas Farmasi, akses listrik pun tidak bisa mereka lakukan karena listrik hanya ada di dalam gedung fakultas. Sehingga saat gedung  fakultas tutup, otomatis kegiatan  mahasiswa dalam kampus terhenti.  
Bagi Aisyiyah Beta, hari cuti bersama dan libur Hari Raya Waisak, menjadi hal yang   cukup mengganggu. “Yang ada perpus sama kampus malah tutup, jadi susah, nggak bisa nyari literatur tugas,” ucapnya.
Hal yang serupa diungkapkan Noverika, “Hari libur jadi nggak ngaruh, biasa aja. Malah kita harus ganti jadwal praktikum di hari lain,” ucap mahasiswa Farmasi semester enam ini  sambil terus mengetik.
Laporan praktikum, memang sudah menjadi sahabat setia bagi mereka. Bagi mereka sendiri tiada praktikum tanpa laporan praktikum dan tiada hari tanpa praktikum.
“Karena, kita tugasnya banyak, ya sekalinya ada waktu luang (libur,red.) mending buat ngerjain tugas,” Aditia Laily menimpali.
Hingga sore pukul 15.30 WIB mahasiswa Farmasi tersebut masih tekun mengerjakan tugas mereka di Galeri Fisip. Hal yang sama mereka lakukan keesokan harinya Selasa (17/5). Mereka telah stand by di salah satu meja Galeri Fisip  hingga sore hari. Bagi mereka makna libur menjadi sangat ambigu ketika harus disandingkan dengan tugas yang tak pernah mengenal kata libur. Suasana cuti bersama atau libur Hari Raya Waisak menjadi tak terasa  bagi mereka. "Libur terus, tapi tugas juga jalan terus," pungkas Noverika mantap. (dul)            
RIZA ROIDILA MUFTI/071015063
Tempat mengerjakan tugas tak jadi soal asalkan laporan peneitian selesai tepat waktu.

Rintis Optimalisasi E-Learning


Ada banyak cara untuk belajar. Mulai dari mengamati hal-hal kecil di sekitar kita, mendengarkan penjelasan dosen di kelas, mengadakan tutorial, atau bahkan memanfaatkan teknologi yang ada. Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga nampaknya mulai menyentuh penggunaan teknologi internet sebagai sarana pembelajaran.

Hampir semua departemen yang ada di Universitas Airlangga telah disediakan domain untuk membuat situs masing-masing. Tapi tidak semua departemen memanfaatkan peluang ini sebagai sarana untuk mengembangkan diri. Sebaliknya, Departemen Akuntansi FE Unair mulai mencoba mengaktifkan kembali websitenya.

Website ini nantinya akan dikelola juga oleh mahasiswa. Tepatnya mahasiswa yang menjadi anggota Divisi Infokom Himpunan Mahasiswa Akuntansi FE Unair.  “Pengembangan ini kami lakukan karena kami ingin membuka akses baru bagi masyarakat dan rekan-rekan mahasiswa untuk mendapat informasi seputar Departemen Akuntansi FE Unair”, jelas Astrini Aning, pengelola sekaligus anggota Divisi Infokom.  “Selain itu, website ini dibuat sebagai penghubung antara dosen dan mahasiswa juga”, lanjutnya.

Ide awal pengaktifan website ini sudah muncul sejak tahun 2010 lalu. Namun kendala sumber daya manusia membuat pengerjaan website ini tertunda setahun. “Maunya sih sudah dikelola tahun kemarin. Tapi kami belum dapat orang yang bisa mengoperasikan dan mendesain website ini. Baru dapat SDMnya tahun ini. “ papar Aning, begitu ia disebut.  Mahasiswa yang dimaksud Aning adalah Abdilah, mahasiswa semester empat yang juga merupakan programmer KRS online.

Sampai berita ini diturunkan, website resmi Departemen Akuntansi FE Unair masih dalam proses pembuatan. “Sekarang Abdilah lagi buat template untuk situsnya. Sedang teman-teman Infokom lain tengah mempersiapkan artikel yang kiranya akan dimuat pada saat launching website ini”, jelas mahasiswi semester empat ini. Dalam pengerjaannya, divisi Infokom Hima Akuntansi FE Unair dibantu oleh salah satu dosen yaitu Imam. Selain mengawasi dan mengontrol jalannya pengerjaan website, Imam juga membantu Abdilah mempersiapkan templatenya.

Saat mengerjakan website ini, Imam mencetuskan sebuah ide untuk membuat portal dalam website ini khusus untuk e-Learning. Imam mengusulkan membuat satu bagian tersendiri yang berfungsi untuk menghubungkan dosen dan mahasiswa baik untuk hal akademis mau pun non akademis. “Ini masih sekedar rencana dari kami sih. Teman-teman dan dosen sedang mengusahakan satu bagian khusus ini”, jelas Aning.

Rencananya, bagian ini akan dibuat seperti milis dimana dosen dapat mengumumkan tugas-tugas, memberikan bimbingan skripsi, memberikan tutorial atau materi kuliah, dan sebagainya. Selain itu, website ini juga akan berisi hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan Hima Akuntansi FE Unair. “Jadi, nanti Hima Akuntansi dapat dengan mudah mempromosikan acara yang diselenggarakan oleh Hima.” Ujar alumnus SMAN 5 Surabaya ini. Selain itu, menurutnya, website ini dapat digunakan menarik perusahaan untuk menjadi sponsr di kegiatan yang diadakan HIma Akuntansi. “yah tapi itu masih nanti lah. Semuanya kami kerjakan secara bertahap”, imbuhnya.

Aning dan teman-teman pengelola website Departemen Akuntansi mentargetkan penyelesaian website ini hingga akhir Mei. Usaha yang dilakukan oleh tim kecil itu pun menjadi lebih besar. “Kami harap kami sanggup menyelesaikan proyek ini tepat waktu dan hasilnya bisa bagus. ” harap cewek yang berumur dua puluh tahun ini.

Sering Habiskan Liburan Latih Atlet Baru

Jika banyak orang yang berkata Universitas Airlangga merupakan tempatnya orang-orang berprestasi, ya mungkin mereka benar. Unair menyimpan segudang cerita yang membanggakan. Salah satunya datang dari mahasiswi semester empat Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga.


Pelatih Muda: Laras

Dara manis ini bernama Kartika Sekar Ayu Larasati. Melalui segudang prestasi di cabang olahraga renang indah, Laras, begitu ia dipanggil, mampu membuat bangga keluarga dan almamaternya. “Bagiku, renang indah itu anugrah. Aku bisa membanggakan orang-orang disekelilingku karena renang dan aku sangat menikmatinya”, cerita perempuan bertahi lalat di hidung ini.
Laras memulai terjun dalam olahraga air ini sejak kelas tiga SD. Awalnya, dia dan ibunya berniat untuk mengatasi penyakit asma akut yang diderita Laras. Tapi siapa yang menyangka bahwa akhirnya Laras dapat menjadi seorang atlet nasional. “Dulu mama minta aku untuk ikutan renang. Kata mama renang dapat menyembuhkan asma dan ternyata memang sembuh”,  ujar Laras. “Tapi karena aku merasa senang terus berani mencoba ikut lomba sana sini dan akhirnya diajak gabung dengan klub Hiu dibawah naungan Koni Surabaya”, imbuhnya.

Pada saat awal menjadi atlet, Laras bergabung dengan olahraga renang yang lebih mengandalkan kecepatan dan kekuatan. Tapi ketertarikanya perlahan beralih ke cabang renang lain yaitu renang indah. Menurutnya, renang indah lebih santai dan berbeda. Pada akhirnya, Laras pun berpindah ke cabang renang yang mulai diminati ini.

Karena keseriusan dan kerja kerasnya, Laras mampu menyabet medali emas, perak, dan perunggu di tingkat olimpiade baik internasional maupun nasional. Hingga saat ini total Laras mengantongi empat medali emas, tujuh medali perak, dan tiga medali perunggu, dan masih banyak penghargaan lain.


Sayang, pada awal kelas XI SMA Laras ingin menyatakan mundur sebagai atlet renang indah. Tak disangka, alumnus SMAN 5 Surabaya ini ternyata direkomendasikan pelatihnya untuk menggantikan posisinya. Pada Maret 2008, Laras telah resmi menjadi seorang pelatih muda. Hal ini pun disambut baik olehnya, ”Nggak nyangka niat mundur dari dunia olahraga, eh malah dijadikan pelatih. Ya aku jelas menerima lah”. Laras mengaku dirinya memang ingin melatih para atlet renang indah baru. “Lumayan untuk pengalaman, beramal, dan sekaligus menambah uang jajan”, ujarnya sambil tertawa.

Ternyata menjadi seorang pelatih tidaklah mudah. Bagi Laras, melatih jauh lebih susah daripada menjadi atlet renang indah. Gadis berkulit sawo matang ini merasa memiliki tanggung jawab lebih. Tidak hanya terhadap dirinya dan atlet-atlet yang ia latih, tapi juga terhadap kemajuan dunia olahraga air ini. “Beda rasanya. Aku jadi bener-bener harus berusaha lebih. Nggak hanya kemampuan yang aku latih tapi juga aku harus pinter membuat mereka memiliki motivasi, kompak dengan yang lain, dan sebagainya”, cerita Laras.

Rasa tanggung jawab Laras inilah yang membuatnya rela untuk melakukan banyak hal. Laras rela menemani anak didiknya latihan subuh-subuh jika musim pertandingan dimulai. Ia pun juga sering ijin dari kampus demi menemani atlet berlomba. Hingga ia rela menghabiskan liburan semesternya dengan melatih para atlet muda. “Sering nggak libur karena melatih atlet baru. Walau terkadang agak lelah, tapi semua terbayar saat melihat mereka meraih juara”, aku perempuan yang lahir di Surabaya 19 tahun lalu. “Terkadang teman-teman sering mengeluh karena saya jarang muncul saat liburan. Tapi pada akhirnya, mereka mau mengerti kok”, imbuhnya.

Senin, Rabu, Jumat, dan Sabtu sore adalah jadwal melatih Laras. Kesibukan di dunia olahraga rupanya tak membuat gadis ini melupakan kewajibannya sebagai mahasiswa. Laras menyatakan bahwa tidak ada masalah dengan kuliahnya. “Boleh sukses dan sibuk melatih cabang olahraga renang indah, tapi kuliah tetap nomor satu”, kata gadis yang IPnya diatas 3,00 ini.

Locker Baru Perpustakaan Minimalisir Kehilangan

Selain harus dapat menjadi tempat rujukan yang nyaman, sebuah perpustakaan juga harus mampu menyediakan pengamanan yang cukup ketat untuk menjaga barang para pengunjungnya. Hal ini lah yang diterapkan oleh pengelola Perpustakaan Kampus B Universitas Airlangga Surabaya.
Perpustakaan yang resmi berdiri pada tahun 1954 ini memiliki komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik bagi para penggunanya baik dari internal Unair sendiri mau pun dari luar. Kerja keras pun dilakukan oleh pihak pengelola. Mulai dari penambahan koleksi buku, peningkatan fasilitas, penyelenggaraan event yang seru, hingga peningkatan keamanan.

Sejak akhir tahun 2009, ada pemandangan yang sedikit berbeda dengan ruangan di sebelah barat Perpustakaan Kampus B Unair. Ruang yang tadinya kosong sekarang terisi dengan sepuluh buah lemari penyimpanan besar yang masing-masing terdiri dua puluh lima locker. Locker ini merupakan tempat bagi pengunjung untuk menyimpan barang-barang berharga seperti laptop, dompet, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, pengunjung pun sekarang tidak perlu khawatir akan keselamatan barang-barang mereka. Masing-masing dari pengunjung yang menitipkan barang mereka akan diberikan kunci locker. Untuk mendapat kunci locker ini, pengunjung harus menukarkan kartu identitasnya pada karyawan yang bertugas menjaga tempat penyimpanan tersebut selama hampir 24 jam.

Pengadaan locker ini segera direalisasikan mengingat banyaknya keluhan kehilangan yang diterima pihak pengelola Perpustakaan. “Hampir setiap tiga bulan sekali selalu saja ada yang melapor kehilangan”, cerita Erie Sadewo, pegawai bagian sarana prasarana. Bukan karena tidak ada penjagaan, melainkan penjagaan yang ternyata belum maksimal.

Dulunya, barang bawaan pengunjung hanya ditaruh di meja yang bersekat di  dekat pintu masuk dan registrasi perpustakaan. Pegawai yang bertugas mengawasi barang ini sering mengingatkan pengunjung untuk selalu membawa barang yang berharga dan menjaga barang mereka sendiri. “Saya sendiri juga heran, lha wong sudah diingetin tapi kok ya masih aja ada barang yang hilang”, ungkap pria yang berumur 39 tahun ini. “Hampir tiga bulan atau dua bulan sekali pasti ada yang melapor dompetnya hilang, jaket hilang, map tertukar dengan pengunjung lain, dan sebagainya”, lanjutnya.

Pengamanan yang dirasa kurang maksimal inilah yang ingin dibenahi oleh staf Perpustakaan Kampus B Unair. Atas usulan dari beberapa pihak, akhirnya pengelola perpustakaan setuju untuk membeli locker sebagai tempat penyimpanan yang lebih aman. Namun pengadaan locker tersebut tidak berjalan mulus. Prosesnya sedikit lama. “Sebenarnya kami (staf, red) sejak awal 2008 mbak. Tapi beberapa kendala seperti perijinan, dana, tata ruang dan sebagainya itulah yang sedikit menghambat proses pengadaan locker ini”, papar Djoko Subagio selaku pegawai bidang perlengkapan di perpustakaan kampus B Unair.

Kesabaran, ketelatenan, dan kemauan staf Perpustakaan Kampus B Unair akhirnya menuai hasil. Pada akhir 2009, sebanyak sepuluh buah locker didatangkan dari perusahaan property terbaik. Locker tersebut mampu menampung sebanyak lebih dari 250 barang. Tidak hanya pihak Perpustakaan Kampus B Unair saja yang lega atas keberadaan locker ini. Pengunjung pun merasa sangat senang dengan locker baru ini. “Senang deh! Akhirnya aku nggak perlu kuatir kalau harus taruh barang disini. Sudah nggak perlu repot-repot bawa barang berharga kesana kemari. Merasa aman dan nggak terbebani lagi. hehe”, ujar Anggraeni Permatasari, mahasiswi Fakultas Farmasi Unair.

Kehadiran locker ini rupanya membawa perubahan pada Perpustakaan Kampus B Unair. Tidak hanya laporan kehilangan yang diminimalisir, namun juga peningkatan jumlah pengunjung yang ke perpustakaan. “Berdasar hitungan kami, sejak locker tersebut ada, banyak pengunjung yang makin rajin ke Perpustakaan. Alhamdulillah! jelas Humas Perpustakaan Kampus B Unair, Dewi Puspitasari. Inilah salah satu faktor yang membuat Perpustakaan Kampus B Unair menjadi perpustakaan yang terbukti menjalankan pelayanannya dengan baik.


Direktori Perpustakaan Universitas Airlangga, klik disini

Siapa yang Suka Copas, Hati Hati !

gambar : www.google.com

Mendengar kata kata kriminalitas apa yang pertama kali terlintas dibenak kita? Bisa dipastikan berkaitan dengan hal hal yang merugikan, seperti pencurian sepeda motor atau pembobolan ATM seperti yang baru baru ini terjadi. Tapi pernahkan kita berfikir tentang pencurian hal hal yang kasat oleh mata kita?

Akhir tahun 2010 lalu dunia pendidikan Indonesia dikejutkan dengan berita tentang seorang professor asal Universitas Parahyangan Bandung. Profesor ini mempublikasikan sebuah artikel di The Jakarta Post yang ternyata artikel tersebut bukan hasil karyanya sendiri, melainkan hasil terjemahan artikel milik orang lain. Parahnya artikel tersebut sudah terlebih dahulu terbit di sebuah Jurnal Ilmiah tahun 2007 lalu.

Ini tentu mencengangkan dan ironis melihat bahwa pelaku dari kasus ini adalah seorang professor yang seharusnya memberikan contoh yang baik kepada anak didiknya. Dalam dunia pendidikan akademis kasus plagiarism atau yang akrab disebut copas (copy paste) memang bukan hal baru lagi. Seiring perkembangan teknologi juga makin memudahkan akses pencarian informasi yang lebih luas bagi mahasiswa. Plagiarism ini tentu merugikan karena suatu karya yang kita hasilkan ditulis berdasarkan ide, pemikiran, pengamatan dan analisa yang memakan waktu yang tidak sebentar. Nah, apa jadinya bila ide tersebut ‘dicuri’ orang?

 “Kalo ada tugas seperti makalah yang butuh banyak referensi biasanya aku pakek sumber internet” kata Novi Seliyana mahasiswa Ilmu Komunikasi siang itu (17/05). Internet dipilih Novi karena faktor kepraktisan dan kelengkapan informasi yang bisa diperolehnya. Namun Novi tidak serta merta menulis semua yang diada dalam sumber informasi yang ia cari. “Kalo aku gak pernah copy paste secara langsung, kan nggak boleh, pasti dari informasi yang aku kutip di paraphrase dulu,” imbuhnya.  Menurut Novi mengambil ide dan pendapat orang itu sah sah saja asalkan tetap mencantumkan nama sang pengarang.

Berbeda dengan Novi, Ani (bukan nama sebenarnya) mengaku sering melakukan plagiarism alias copy paste. Plagiarism yang dilakukan Ani bukan tanpa alasan. “Kalo lagi kepepet nggak ada bahan dan nggak ada ide ngerjain tugas ya copy paste dari internet biar cepet,” jelas mahasiswi angkatan 2009 ini. Ani berani melakukan hal ini karena mengaku belum mengetahui adanya Undang Undang yang mengatur secara khusus kasus plagiarism ini.

“Dalam copy paste suatu naskah seseorang harus banyak belajar bagaimana cara menghargai karya tulisan orang lain,” jelas Onno W Purbo saat ditemui dalam Seminar Nasional Media, Cyberspce dan Teknologi (15/05) di Gedung C Fisip Unair. Pakar teknologi dan informasi ini lebih lanjut menjelaskan bahwa sah sah saja mengambil ide tulisan orang. Asalkan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada sumbernya dengan mencantumkan nama agar tidak dinilai sebagai salah satu bentuk plagiarism.

Dalam dunia akademik tindakan plagiarism merupakan kasus kriminal yang harus ditangani secara serius. Plagiarism ini merupakan tindakan yang melanggar Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Ditiap tiap negara sudah ada regulasi yang mengatur tentang sanksi atas tindakan plagiarism ini. Seperti dalam kasus professor asal Univeritas Parahyangan diatas yang  kabarnya diganjar pemberhentian tidak terhormat bahkan dengan pencopotan gelar professor. Jadi mulai sekarang stop plagiarism !

Untuk mendapatkan gambaran atas kasus professor tersebut silahkan klik dibawah ini:


Parkiran Baru FE Lebih Nyaman dan Aman

Tidak Basah: Parkiran motor FE yang baru tidak basah apabila hujan datang

Jika kita melewati fakultas ekonomi di Kampus B, maka akan melihat suatu pemandangan yang berbeda dari fakultas-fakultas lain yang ada di Universitas Airlangga. Ya, di sana terdapat parkir motor bertingkat layaknya yang biasa kita temui di mall atau di perkantoran.

Parkiran motor bertingkat ini mulai beroperasi sejak bulan Maret tahun ini. Pembangunan parkir bertingkat ini memakan waktu sekitar delapan bulan, tepatnya dibangun sejak bulan Juli tahun lalu. Atas gagasan Fakultas Ekonomi (FE) dan bekerja sama dengan rektorat Universitas Airlangga akhirnya FE berhasil membangun gedung parkir motor bertingkat ini.

“Iya dibangun mulai Juli tahun 2010 dan baru beroperasi Maret 2011 ini. Kita kerjasama dengan kantor pusat,” ungkap Aisyar Halim, SE, Kepala Bagian Sarana dan Prasarana Fakultas Ekonomi.

Gedung parkiran ini dibangun karena semakin banyaknya mahasiswa FE yang menggunakan sepeda motor ke kampus sehingga lahan parkir yang sempit membuat mahasiswa tidak nyaman. “Kita membangun parkiran ini karena berdasarkan kebutuhan, kalau satu lantai kurang karena banyaknya mahasiswa yang menggunakan sepeda motor,” jelas pria yang telah bekerja di Unair selama tiga puluh tahun ini.

Maka dari itu, fakultas pun menggagas pembangunan gedung parkir motor bertingkat dan akhirnya disetujui oleh kantor pusat atau rektorat Unair. Namun kini pengelolaan parkir motor bertingkat ini sepenuhnya dipegang oleh kantor pusat. “Sebelum tahun 2011 itu pengelolaan lahan parkir dipegang oleh Fakultas, tapi sekarang sepenuhnya dipegang oleh kantor pusat termasuk secure parking juga kantor pusat yang memegang,” ungkap Aisyar saat ditemui di kubikelnya.

Seperti yang kita ketahui bahwa pembangunan Fakultas Ekonomi lebih maju daripada fakultas-fakultas lain yang ada di kampus B. Sudah menjadi rahasia umum apabila banyak alumni yang sukses dan memberikan sumbangan untuk pembangunan fisik gedung fakultas. Sehingga tak heran gedung Fakultas Ekonomi merupakan yang paling bagus di kampus B.

Namun ketika ditanya apakah dana pembangunan gedung parkiran motor bertingkat ini juga berasal dari sumbangan alumni, Aisyar menyangkalnya. “Bukan ini murni dana universitas,” sangkalnya.

Untuk keamanan dari parkiran baru ini juga tidak perlu dipertanyakan lagi. Sudah ada secure parking yang tentunya sudah pasti aman. Secure parking ini juga bisa ditemui di seluruh fakultas di kampus B. Selain itu, dengan adanya gedung parkiran motor bertingkat ini membuat mahasiswa semakin nyaman untuk memarkirkan motornya. Seperti pengakuan salah satu mahasiswa semester 6, jurusan S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Aditya Sudarta.

“Iya lebih enak sebenernya, lebih efisien space-nya banyak, nggak perlu dempet-dempetan lagi,” menurut mahasiswa yang memiliki nama panggilan Adit ini.

Apabila hujan datang, para pengendara motor yang memarkirkan motornya di gedung parkiran baru ini tidak perlu khawatir helmnya akan basah karena kehujanan. Jelas karena parkiran ini berada di dalam gedung yang memiliki atap sehingga tidak akan kehujanan. “Apalagi sekarang ada atapnya, jadi kalau hujan sepeda dan helm nggak basah,” tambah Adit yang sekarang sedang mengambil skripsi ini.

Akan tetapi Adit menyayangkan satu hal dari gedung parkiran motor bertingkat ini. “Tapi desain naikan ke lantai dua-nya terlalu tinggi, jadi sedikit membahayakan,” keluh Adit. (nit)

Manfaatkan Fasilitas Kampus untuk Mengunduh Video Porno


Surabaya (17/5/2011) – Kini semakin marak penyebaran video-video berbau pornografi dan pornoaksi. Penyebaran video porno dapat dilakukan di berbagai tempat. Mulai dari tempat perbelanjaan, sekolah hingga kampus pun dapat menjadi tempat penyebaran video-video porno. Kemajuan teknologi komunikasi turut mendukung tingginya persebaran video porno.



Kampus, salah satu contohnya, merupakan tempat yang dapat dijadikan tempat untuk penyebaran video-video porno. Mulai dari pengiriman video melalui koneksi Bluetooth dari telepon genggam ataupun menggunakan flashdisk untuk mentransfer video dari laptop/notebook. Apalagi dengan koneksi internet yang dimiliki oleh Kampus FISIP Universitas Airlangga. Mahasiswa dapat secara bebas mengunduh video-video porno.



"Sayang sekali kalo fasilitas publik dibuat download begituan," komentar Prima, mahasiswa FISIP Universitas Airlangga, mengenai fasilitas kampus yang digunakan untuk mengunduh video porno.


Salah satu mahasiswa FISIP UNAIR, dengan nama samaran Dimas, mengatakan bahwa ia pernah mengunduh video-video porno dengan menggunakan koneksi Wi-Fi FISIP UNAIR. Dimas, mahasiswa FISIP angkatan 2009, mengunduh video di waktu malam hari, setelah proses perkuliahan berakhir.


“Kalo waktu jam kuliah ga pernah download,” ujar Dimas.

Dengan berbagai kemudahan untuk mengunduh video porno, mahasiwa pun dapat secara bebas dan tanpa batasan mengunduh video porno. Apalagi dengan koneksi internet gratis yang disediakan oleh kampus. Setelah mengunduh video yang diinginkan, Dimas mengaku bahwa ia pun sering pula memberikan video porno kepada teman-temannya di kampus. Bila ada teman yang meminta kepada Dimas, dengan cuma-cuma Dimas memberikan video porno yang telah diunduhnya kepada temannya, sesama mahasiswa.

“Kalo mereka minta ya tak kasih. Tapi sekarang udah jarang update,”  ujar Dimas.

Dimas mengakui ia tidak takut terjerat hukum dengan adanya UU No 44 tahun 2008 tentang pornografi. Padahal sudah banyak kasus sehubungan dengan UU Pornografi. Contohnya saja Ariel yang melanggar pasal 29 UU no. 4 tahun 2008 tentang pornografi. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa setiap orang yang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).

“Aku nggak  takut terjerat hukum, liat aja implementasi UU pornografi sama ITE, ga ada sama sekali. Lagian kalo aku kena, bakal nyeret juga tementemen yang aku kasih juga dong harusnya,” ungkap Dimas.

Melalui situs www.google.com , semua orang dapat dengan mudah mencari dan mengunduh video porno yang diinginkan. Yuda (nama samaran), mahasiswa FISIP UNAIR lainnya menyebutkan berbagai situs yang biasa ia kunjungi untuk mengunduh video porno yaitu tube 8, youporn, youjizz dan redtube. Lain halnya dengan Dimas, ia sering mengunjungi situs yang bernama nudevista dan xvideos.

Koleksi video porno menjadi hal yang lumrah bagi para mahasiswa. Dimas sendiri mengakui bahwa ia memiliki koleksi video porno di PC miliknya mencapai 10GB, sedangkan koleksi di laptop miliknya mencapai 5GB.

Sulitnya melakukan pengawasan terhadap penyebaran video porno ini menyediakan kesempatan bagi mahasiswa ataupun masyarakat untuk mengunduh serta menyebarluaskan video porno. Pemerintah perlu menindak dengan tegas pelaku penyebaran video-video porno ini sehingga moral dan pendidikan generasi penerus bangsa tidak lagi diracuni oleh hal-hal negatif seperti pornografi dan juga pornoaksi.(aak)

Amanda Anindita Kirana 070915045

Otodidak dan 'Nanggung' Teknologi Ala Silia Fisip Unair

Tampilan beranda Silia Fisip Unair

          Silia, atau Sistem Layanan Informasi Akademik. Seluruh jajaran civitas akademika di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Airlangga tentu tak asing lagi dengan istilah tersebut.  Silia adalah sebuah sistem online terkait kegiatan akademik mahasiswa mulai dari pengisisan Kartu Rencana Studi (KRS), rekap Kartu Hasil Studi (KHS),  hingga mengecek mata kuliah apa yang bisa diambil semester ini.
Semester ganjil, September 2010 lalu, Silia masih menjadi teknologi kaget di Fisip. Banyak mahasiswa yang tak mengetahui Silia, tiba-tiba harus dihadapkan dengan pengisian KRS semi online lewat Silia. Seperti yang diungkapkan Paramadina Yuni Astika (13/5).  “Awalnya repot juga, karena tanpa ada sosialisasi, mahasiswa dituntut untuk bisa KRS-san secara  online,” ujar mahasiswa Ilmu Komunikasi 2009 ini. “Jadi mahasiswa harus cari tau sendiri,” imbuhnya. Sejak itulah Silia menjadi teknologi otodidak di kalangan mahasiswa Fisip.
Sosialisasi Silia sebenarnya pernah dilakukan pada mahasiswa Fisip (16/8/2010), namun karena keterlambatan tim sosialisator dari Unit Sistem Informasi Fisip, banyak mahasiswa yang meninggalkan Ruang Adisukadana, tempat sosialisasi Silia(Jendela Fisip, September 2010).
Semester genap ini, Silia resmi digunakan 100% untuk proses pengisisan KRS. Dengan laman  http://silia.fisip.unair.ac.id/ format Silia memang terbilang standar, sehingga mudah dipelajari sendiri. Namun sebagai teknologi baru goncangan dari berbagai pihak tentu terjadi.
Bagi Wisnu Pramutanto, salah satu Dosen Program Studi Ilmu Politik Silia sangat membantu, “Ya yang pasti mempermudah dosen, jadi tinggal acc (validasi,red.) saja,” ucap dosen yang mengaku tak keseulitan menggunakan silia ini. Hal serupa juga diungkapkan Sri Moerdijati, Dosen Ilmu Komunikasi, “Dosen jadi bisa mengontrol secara langsung, mata kuliah yang dipilih mahasiswa, selain itu pengumuman bisa dilakukan tanpa tatap muka dengan mahasiswa. Silia juga ramah lingkungan, karena hemat kertas” ujarnya.
Mudah bagi dosen, namun belum belum tentu mudah bagi mahasiswa, Mizela Trimursri Ayu Lourensi, mahasiswa Ilmu Komunikasi 2009 mengatakan bahwa Silia masih sangat nanggung sebagai teknologi baru, karena belum 100% online. “Masih nanggung, kalo misalnya mau online, harusnya online semua dong, tapi ini tetap harus ke kampus ngambil KHS dan registrasi, jadinya malah ribet,” ujarnya.
Bagi Staff Departemen Program Studi yang ada di Fisip sendiri, Silia melahirkan pekerjaan baru bagi mereka. Dulu mahasiswa mencari sendiri mata kuliah apa yang ditawarkan dan yang bisa diambil  hanya dengan bimbingan dari dosen wali. Sekarang Staff Departemenlah yang berkewajiban untuk menginput data mata kuliah apa yang ditawarkan kepada  mahasiswa. Sehingga mahasiswa lebih dimudahkan dengan tinggal memilih mata kuliah yang ditawarkan.  
Indah Tri Imayah, Staff Administrasi Hubungan Internasional mengatakan walaupun Silia sangat membantu mahasiswa dan input data tidak terlalu menjadi masalah bagi dirinya, kinerja Silia sejauh ini masih mencapai 80%. Beberapa kesalahan input  memakan waktu lama untuk direvisi.
"Ya mungkin karena masih baru ya, input data sebenarnya nggak susah, tapi terkadang kalau ada komplain nggak segera diselesaikan," ucapnya. 
Tidak cepat diatasinya komplain tersebut menurutnya disebabkan tidak adanya staff khusus yang menangani Silia. Sejauh ini Silia masih dipegang oleh Unit Sistem Informasi Fisip yang juga dosen pengajar di Fisip Unair. "Ya ke depan, Silia ada Staff khususnya lah, supaya kalo ada komplain secara teknis kita tau harus pergi dan ngadu ke mana," pungkasnya.

Tampilan Kartu Rencana Studi Silia Fisip Unair

RIZA ROIDILA MUFTI / 071015063

Salah Parkir, Helm Diambil

Senin (9/5) merupakan hari yang membingungkan bagi Radit (20) mahasiswa D3 Manajemen Pemasaran ini. Pasalnya, hari itu ia kehilangan helm yang ditaruhnya di atas motor. Hal ini baru dialaminya kali ini, tentu saja membuatnya sangat panik.

Pada hari itu, pria yang akrab dipanggil Komandan oleh teman-temannya sedang ada urusan yang mengharuskan dirinya untuk bertemu dosen di gedung S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. “Waktu itu aku buru-buru mau ketemu dosen, jadi markirin motor asal di depan masjid aja,trus asal naroh helm di spion,” kata Radit. Kali itu, dia merasa aman-aman saja karena ada petugas parkir yang biasa mengawasi setiap motor yang ada disitu.

Setelah selesai bertemu dengan dosen, ia yang hendak kembali ke gedung D3 FEB UNAIR lalu ia mendapati bahwa helm yang semula ditaruhnya di spion motor ternyata sudah menghilang. “Pas waktu itu aku langsung panik lah, soalnya baru kali ini aku kehilangan helm. Sebenernya bukan masalah harga dari helm itu, tapi gimana cara pulang kalao nggak pakai helm, kan pasti ditilang polisi,” ujar mahasiswa angkatan 2009 ini.

Menurut penjelasannya, yang pertama dia lakukan adalah bertanya kepada petugas tiket mobil yang berada di depan UNAIR tetapi petugasnya tidak tahu tentang helm yang hilang dan itu bukan menjadi tanggungjawab dari petugas tiket tersebut. Lalu, pria yang berasal dari Madura ini mencoba bertanya kepada teman-temannya untuk memberikan solusi agar dapat menemukan kembali helmnya tersebut.

Setelah mendapat masukan dari teman-temannya, Radit memilih untuk menanyakan kepada petugas parkir motor yang ada di parkiran S1 FEB UNAIR. Saat itu, ia menanyakan kepada Pak Mat yang sedang bertugas. Ternyata helm milik pria yang memiliki impian menjadi seorang polisi ini sengaja diambil oleh pak Mat. “Saya sengaja ngambil helmnya anak itu. Soalnya, dia udah salah parkir. Sekarang sudah tidak boleh parkir di depan masjid lagi. Kan udah ada gedung parkir baru khusus motor,” katanya.

Memberikan efek jera, itulah yang dilakukan Pak Mat kepada mahasiswa yang suka parkir sembarangan atau tidak pada tempatnya. “Saya tidak ada maksud apa-apa sebenernya, tapi cuma mau mengingatkan saja kalau dia sudah salah parkir. Selain itu juga saya mau mengantisipasi kalau-kalau helmnya malah diambil sama orang beneran, kan malah kasihan dia.” Jelas pria paruh baya tersebut. “Seterburu-burunya mahasiswa, sebaiknya ya parkir itu ditempat yang bener, yang sudah jelas-jelas aman. Daripada asal parkir diluar, malah besar kan resikonya.” Tambahnya.

Hikmah Dibalik Musibah di Bulan yang Penuh Berkah

Musholla, hal yang terlintas ketika anda mendengar kata tersebut ialah tempat yang tenang, khusyuk, dan tempat untuk berkomunikasi dengan Sang Pencipta. Keadaan yang semula aman dan tentram tiba- tiba menjadi ricuh akibat terusiknya keamanan.

Itulah yang dirasakan Riska Gustinawati, mahasiswi fakultas farmasi Universitas Airlangga angkatan 2009 mengalami hal itu, niat awal ingin beribadah dan mendapatkan ketenangan , justru musibah dan kepanikan yang di dapat. Hal itu dikarenakan saat ia mengetahui tas yang dibawanya “diobok – obok” dan handphonenya raib.

Ketika ditanyai mengenai pengalaman tersebut, Riska, begitu ia biasa disapa menceritakan kejadian itu bermula ketika ia ingin menunaikan solat dhuzur di musholla fakultasnya di kampus yang berada di jalan Dharmawangsa tersebut pada saat bulan Ramadan, tepatnya pada tanggal 10 september 2009. Ia bersama teman – temannya meletakkan barang bawaannya di meja tempat barang – barang yang di dinding tempat ia meletakkan barangnya terdapat tulisan peringatan agar lebih mewaspadai barang – barang berharganya. Sayangnya, ia kurang menggubris peringatan tersebut dan membiarkan barang –barang berharganya di dalam tas.

Alhasil setelah ia menunaikan ibadah solat tersebut, ia kaget ketika tas yang ia bawa terbuka. Seketika ia periksa dan sebuah handphone beserta kunci tempat kostnya raib digondol pencuri. Mengetahui barangnya dicuri oleh orang lain, Riska mencoba untuk tidak panik dan mencoba menanyakan pada orang – orang disekitar yang mungkin mengetahuinya. Namun hasilnya nihil, tidak ada satupun orang disekitar yang mengetahuinya.

Merasa usaha yang dilakukan sia – sia, ia mencoba cara terakhir. Dia melaporkan kejadian pencurian tersebut ke petugas bagian informasi. Dan dari petugas itulah ia mengetahui jika peristiwa pencurian sering terjadi setiap tahunnya.

Ketika ditanya mengenai harapan kedepan mengenai keamanan di Unair, khususnya di fakultas farmasi ia berharap agar keamanan di sekitar kampus di perketat, tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam kampus, terutama yang tidak berkepentingan. Dan ia juga merasa mendapatkan pelajaran dan harus lebih berhati – hati lagi dalam menjaga barang - barangnya.(gal)