“Yang penting kita nggak mengganggu mereka, mereka juga nggak akan ganggu kita”
Kalimat itu yang sering aku dengar tiap kali ngobrolin tentang hal-hal berbau mistis seperti spirits atau makhluk halus. Selama ini aku sendiri cuma pernah lihat hal macem itu di TV. Mulai dari jin lah, kuntilanak lah, pocong, genderuwo, dan banyak lagi penggambaran media massa tentang wujud makhluk-makhluk itu. Jadinya sih yang terpatri di pikiranku tiap denger nama-nama makhluk itu ya kayak yang di film-film atau acara di TV itu.
Kalo boleh jujur, aku nggak terlalu berani buat berurusan sama hal-hal mistis kayak gitu. Bukannya takut, hanya nggak mau nyoba sesuatu yang udah jelas buntutnya bakal aneh-aneh. Untungnya kata papaku, aku udah ‘ditutup’, biar nggak bisa ngeliat yang halus-halus itu. Jadi aku kemana-mana walaupun gelap dan temen lain takut sama tempat tertentu, aku lenggang kangkung aja.
Berbekal kepedean itu, hari Kamis kemarin, tanggal 7 Juli, aku berani aja ikut 4 temanku yang lain untuk berburu berita di Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR. Sepengetahuanku sih semua orang udah tahu kalo FK itu sarangnya lelembut. Yah, setidaknya semua orang yang percaya lah. Kalo udah tahu gitu, kenapa iseng banget aku dan teman-teman ngadain ‘tur’ ke FK? Pas malam Jumat pula. Jawabannya adalah demi Jurnalistik Online yang entah kenapa take home UAS nya kali ini dibuat sangat menantang: report, record, dan upload berita tentang urban legend.
Sesuai arti urban legend sendiri yaitu cerita rakyat yang dipercayai benar dari waktu ke waktu, kami berlima merasa makhluk-makhluk penghuni FK bakal jadi bahan berita yang menarik. Maka sekitar pukul 20.30, dimulai lah ekspedisi kami di fakultas dengan bangunan Belanda kuno itu, dipandu oleh Pak Sabit, satpam yang waktu itu berjaga. Ini cuplikan perjalanan kami.
Awalnya, image FK yang banyak hantunya runtuh di mata kami gara-gara Pak Sabit tidak banyak memberi cerita tentang keberadaan mereka. Namun semakin dalam kita masuk ke area FK, semakin banyak kisah-kisah yang dituturkannya. Mulai dari ranjang dorong yang jalan sendiri, adanya kolam jenazah, sampai suster yang muncul lalu menghilang. Ini nih videonya.
Perjalanan kami bersama Pak Sabit berakhir di lorong tempat ruang dekan, ruang UP dan ruang operator berada. Disitu kami ‘diserahkan’ kepada Pak Didik, yang konon bisa melihat dan paham tentang makhluk-makhluk halus. Cerita darinya jauh lebih banyak dan menyeramkan. Belum hilang takjub kami akan ceritanya, ia bersikeras mengajak kami keliling FK. Lagi. Kali ini dengan suasana yang mulai mencekam karena Pak Nandar (mantan sekretaris dekan FK yang telah dipercaya sebagai ahli spiritual disitu) mengatakan bahwa ia telah ‘memanggil’ makhluk-makhluk itu untuk kami.
Sebenernya aku nggak mau ikut karena mulai ciut. Tapi didorong 4 temanku, aku bergabung juga akhirnya. Sepanjang perjalanan, Pak Didik menunjuk spot-spot tertentu yang diyakininya sedang ada sosok makhluk halus sedang mengawasi kita. Entah benar atau tidak. Tapi yang jelas hawa mulai panas tidak wajar dan bulu kuduk kami meremang. Kami dibawa melewati gedung kelas anatomi yang dikenal sebagai pusat hantu-hantu yang ada di FK. Juga melewati museum anatomi yang berisi tengkorak, jantung, dan bagian tubuh lain manusia.
Di tengah perjalanan, Pak Nandar bergabung dengan kami. Dicium dari baunya, ia telah memakai minyak-minyakan khusus miliknya. Konon itu untuk memanggil makhluk halus. This is bad, pikirku.
Benar saja. Berduet dengan Pak Didik, Pak Nandar sangat nekat dan berhasil membuat kami terkejut. Masa iya tiba-tiba kami dituntun mengikuti dia naik ke lantai 3 gedung Ilmu Faal? Kami yang nggak menduga bakal diterjunkan langsung, nggak bisa melawan dan akhirnya ikut naik dengan bergidik. Gelap lho gedungnya.
Di lantai 3, Pak Nandar mengatakan hal yang lebih mengejutkan. Ia menantang kami untuk uji nyali. Masuk ke ruang tersebut dan ditinggal dalam kegelapan. Ia bilang kalo itu demi agar kita bisa membuktikan langsung, tidak hanya sekedar ‘katanya’. Setelah berdebat, Tigor (yang daritadi paling penasaran), Galih, dan Dheo menerima tantangan itu. Singkat kata, sisa dari rombongan kami turun dan menunggu di taman dekat gedung.
Di taman itu kami berbincang mengenai dunia gaib, sembari menunggu para peserta uji nyali. Tak lama kemudian, Mas Afif, cleaning service yang tadi membukakan pintu ruang lantai 3, bergabung dengan kami. Ia bertutur tentang pengalamannya dengan penunggu di tempat itu selama ia bekerja. Menurutnya, pada malam hari sering ada kuliah di lantai 3 yang dipakai uji nyali itu. Tapi mahasiswanya bukan manusia, dan bahasanya bahasa Belanda. Belum lagi sekeluarga hantu Cina, hantu Jepang plus anaknya, dll.
Belum genap 10 menit, 3 orang temanku yang mencoba keberaniannya tadi ternyata telah menyerah. Sedikit lunglai mereka menuruni anak tangga lalu berjalan ke arah kami. Setibanya di tempat kami berbincang, Tigor langsung heboh menceritakan kejadian yang dialaminya. Ia mengaku dijawil dan diawasi oleh makhluk hitam besar.
“Aku nontok maneh, wonge gak ngalih-ngalih,” (aku lihat lagi, orangnya masih disitu juga) LIHAT VIDEO KESAKSIAN TIGOR DISINI!
Setelah itu Pak Nandar menyuruh kloter berikutnya untuk menguji nyalinya juga, which means aku dan Dreses. Karena aku nggak berani, dan Dreses nggak mau sendirian, akhirnya Galih dan Dheo yang menemaninya. Gila emang dua temanku itu, nggak kapok tadi udah digangguin lelembut. Yang berbeda adalah, kali ini Pak Nandar mengoleskan minyak khususnya pada mereka. Juga pada pocket camera milikku yang akan dibawa oleh Dreses ke lokasi uji nyali. Gawat, pikirku.
Menit-menit berlalu. Sampai akhirnya hampir genap satu jam, ketiga temanku memutuskan untuk berhenti. Nampaknya menurut mereka tidak ada penampakan berupa sosok, hanya suara-suara. Setelah berbasa-basi, kami pun pamit pulang.
Sesampai di kos, aku merasa aman-aman saja. Masih kepedean. Tapi entah kenapa saat mau tidur sekitar pukul 3 pagi, aku merasa ada yang mengawasi. Ah, peduli amat. Aku paksain buat merem. Tapi tidurku nggak nyenyak dan jam 5 pagi aku sudah terbangun, gelisah. Seharian penuh feelingku nggak enak dan leherku terasa berat. Sore harinya baru aku tahu sebabnya. Teman kosku, yang sedikit punya kemampuan spiritual, bilang kalo ada wanita berambut panjang yang ‘nempel’ di aku. Yak, bagus. Jadi langsung inget kata-kata Pak Nandar waktu ekspedisi:
“Orang-orang yang masuk sini (FK) itu ndak boleh sesumbar. Ndak boleh sombong merasa hebat dan ndak akan bisa diganggu. Malah diganggu nanti,”
Yes Sir, saya dan Tigor sudah mendapat pelajaran berharga. Terlalu pede ternyata berdampak buruk. And I won’t poke them ever again.
posted by: Arifiana Shima 070915003
No comments:
Post a Comment