Saturday, July 9, 2011

Let's Visit 'the House' of Ghosts, Who Dares?

Let me tell you something, menjadi seseorang dengan kemampuan yang tidak masuk akal akan membuatmu merasa, IT SHOULD NOT BE LIKE THIS ! And wala ! You will start something, a very pleasant thing. Got a new friend :)

Lahir dengan sedikit kemampuan yang berbeda membuat saya terbiasa 'melihat' sesuatu yang 'tembus pandang' atau 'melayang', bahkan dengan polosnya, saya ingat pernah digandeng dan dituntun mbak-mbak super cantik yang pucat kembali ke rumah setelah saya 'digoda' paklik genderuwo dan mas 'lolipop'.

Well, saya nggak pernah menyangka kemampuan saya ini suatu saat akan berguna.

Saya berulang kali membaca soal yang saya ambil di Kantor Program Studi Ilmu Komunikasi beberapa minggu yang lalu. 'Urband Legend', tema ujian yang diberikan tersebut cukup menggelitik untuk di ulas, dengan video, foto, dan beberapa syarat lain yang diberikan untuk melengkapi tugas itu. Jujur saja, berkuliah di kampus oranye, atau FISIP sedikit menolong saya untuk melengkapi Ujian Akhir Semester tersebut. Kampus saya banyak urband legend nya lho. Mulai dari legenda mahasiswa frontal yang hilang diculik saat era reformasi, sampai legenda tentang 'penunggu' kampus.

Berbekal handphoe serbaguna, saya berniat mewawancarai bapak-bapak di bagian sarana dan prasarana. Ditemani oleh Dina, teman saya, saya memulai wawancara. Pagi itu, Jumat 8 Juli 2011, suasana ruang sarana prasarana terlihat lengang, beberapa pegawai terlihat sibuk membaca koran. Saya mulai sibuk mengatur apa yang harus saya tanyakan agar saya bisa mendapat informasi tentang urband legend yang ada di kampus FISIP. Sedang Dina, malah sibuk mencatat jadwal yang ditulis di papan acara. Kamuflase, katanya.

Pak Darto, salah seorang pegawai di bagian sarana prasarana dengan senang hati berbagi cerita kepada saya. Bapak murah senyum ini sangat bersemangat menceritakan beberapa kisah mistis kepada saya.

Pak Darto yang murah senyum


Saya rekam ya pak” Ujar saya saya meminta izin.
Oh iya mbak, monggo.” Jawabnya sumringah sambil merapikan rambutnya.

Menurut bapak berkumis ini, FISIP memiliki banyak cerita mistis. Macam gudang hantu saja. Pak Darto memulai cerita mistisnya dari beberapa kamar mandi yang ada di FISIP. Menurutnya, kamar mandi wanita lantai dua dan tiga gedung A FISIP ada 'penunggunya'. Kamar mandi lantai dua disinyalir 'dihuni' oleh perempuan barbaju putih panjang, dan berparas bak orang cina. Sedang kamar mandi lantai tiga di sebelah ruang 303, pintunya sering dijadikan 'mainan' oleh makhluk tak kasat mata.

Siang-siang itu mbak, dulu itu kampus nggak seramai sekarang, dulu, siang gitu sudah sepii. Pintunya itu kayak dibanting-banting. Jeder, jeder, gitu. Waktu saya lihat, nggak ada siapa-siapa. Waktu di tinggal, bunyi lagi, jeder, jeder ! Oalah..” Kenangnya.

Menurut Pak Darto, gedung B FISIP juga tidak kalah seram, lab broadcast prodi komunikasi sah 'dihuni' oleh makhluk halus. Beberapa penampakan pernah dilihatnya dari penuturan orang lain.

'Saya itu dikasih tahu sama anak-anak komunikasi yang waktu itu ngedit film. Katanya teman mereka lagi bikin film horor, eh lha kok memedi nya ikut nampang di film nya. Hantunya joget-joget lho mbak, ikut nari-nari gitu. Melayang-melayang pake baju putih.” Ujarnya sambil menirukan lenggok sang makhluk halus yang dilihatnya. “Tapi, bagian yang itu diedit, dipotong, khawatir bikin seram teman-temannya yang lain.” lanjutnya.

Dina langsung bergidik, tangannya sibuk meremas-remas baju saya, lalu berbisik pada saya.

'He Git, biasane aku mrunu dewean, liwat ngarepe pas aku nang lab radio (He Git, biasanya aku ke situ sendirian, lewat di depannya waktu aku pergi ke lab radio).” bisiknya, sedikit ketakutan.

Pak Darto tertawa, lalu kembali menceritakan kisah-kisah mistisnya. Tetap di Gedung B FISIP. Museum Antropologi yang dibangun di dalamnya pun tidak luput dari kehadiran makhluk halus. Museum yang terkesan suram itu memang sudah mengeluarkan hawa-hawa yang tidak enak. Di lihat dari luar saja sudah seram. Apalagi di dalamnya?

Dulu itu mbak, pernah ada cerita, Bu Mirna Antropologi, tahu kan Bu Mirna Antropologi?” semburnya. Saya dan Dina cepat-cepat menggeleng. “Oh, nggak tahu ya,, hmm,, ya Bu Mirna itu yang mengalami. Waktu itu, Bu Mirna sedang riset atau penelitian di museum itu, bersama mahasiswa-mahasiswanya, kalau nggak salah waktu itu mahasiswanya lima orang, berarti dengan Bu Mirna ada enam orang toh ya?” Tanyanya meminta persetujuan saya dan Dina. Kami cepat-cepat mengangguk.

Naaah, waktu istirahat siang, Bu Mirna itu pesan makan, niatnya buat makan siang, waktu dihitung, menurut Bu Mirna ada tujuh orang di dalam ruangan itu, enam mahasiswanya, dan dia sendiri. Tapi, setelah makanannya datang, yang makan itu cuma enam orang. Bu Mirna bingung, tadi itu waktu dia hitung ada tujuh, kok yang makan cuma enam? Akhirnya Bu Mirna tanya sama mahasiswanya, apa ada mahasiswa yang keluar, kata mahasiswanya nggak ada. Lha,, kalau begitu yang satu orang tadi siapa?” tuturnya.

Selain itu, sekitar tahun 1983, 1984, atau 1985, Pak Darto pernah mengalami kejadian yang tidak kalah ganjil dan menyeramkan. Pada tahun itu, Pak Darto yang menjadi petugas malam dihampiri oleh seorang anak perempuan yang membawa nomor ujian. Ketika ditanya, perempuan itu menyatakan ingin melihat tempat ujian.

Lah, saya kan kaget, sudah malam, kira-kira jam sepuluh. Lha kok masih mau cek tempat ujian? Akhirnya saya nemenin dia naik mbak, soalnya kan nggak boleh ngecek malam-malam. Lha kok pas naik dari lantai dua mau ke lantai tiga, dia menghilang, yasudah, saya turun lagi. Waktu di tanya teman-teman siapa, saya bilang nggak tahu, lha wong ngilang (menghilang) kok.” Tuturnya sambil mengenang.

Setelah saya dan Dina melakukan wawancara panjang dengan beliau, saya pamit, dan tidak lupa mengucapkan terima kasih. Saya memutuskan untuk mengambil beberapa gambar dari tempat-tempat yang sudah disebutkan oleh Pak Darto, tapi Dina menolak untuk naik ke lab broadcast. Takut, katanya. Akhirnya saya hanya memotret beberapa tempat.


Bagian depan gedung B FISIP

Toilet wanita di sebelah ruang 303

Waktu memotret pintu kamar mandi di sebelah ruang 303, saya angen-angen (mengingat-ingat). Dulu, waktu saya semester dua, saya mengikuti mata kuliah Teori Komunikasi. Entah karena ruangannya yang terlampau dingin atau suasana mata kuliah yang terlalu tegang, saya sangat ingin buang air kecil. Akhirnya, setelah mata kuliah berakhir, saya buru-buru ke kamar mandi. Sendirian. Saat saya buang hajat, tiba-tiba di depan saya jatuh bagian tubuh manusia. Dengan suara 'bruk' yang keras. Saya kaget bukan kepalang. Berniat memastikan, saya langsung mengerjapkan mata saya. Tapi, sekalinya saya berkedip, tubuh itu hilang seperti sedang ber-teleport.

Dan percayalah, rasanya saat itu, urine saya langsung enggan keluar. (Gie)

GITA NOVIASARI (070915070)

No comments:

Post a Comment