Friday, July 8, 2011

Kisah Pilu Di Tandon Air


Selasa (5/7) kemarin, aku dan beberapa temanku berniat untuk mencari mitos yang ada di Fakultas Kedokteran. Kami menelusuri tiap lorong di gedung yang telah dibangun sejak tahun 1910-an ini. Saat bertemu dengan petugas kebersihan, kami bertanya tentang cerita mistis yang sering terjadi disini. Ternyata, gedung lama itu menyimpan segudang cerita menyeramkan yang membuat bulu kuduk berdiri. Bapak (yang aku lupa tanyakan siapa namanya) itu memang belum pernah mengalami kejadian aneh. Beliau menyarankan agar kami bertanya pada pak Satpam. Kami pun meneruskan perjalanan, mengitari gedung peninggalan jaman Belanda ini.

Sesampainya di area gedung anatomi dan histiologi, kami beristirahat di koridor. Tiba-tiba, seorang satpam yang mengendarai motornya lewat di depan kami. Aku pun secara otomatis memanggil beliau. Namanya pak Sabid. Sudah hampir 30 tahun beliau mengabdikan hidupnya di Unair. Beliau pun bercerita banyak kisah yang ada di Fakultas tertua ini. Tidak hanya itu, aku dan teman-temanku pun dibuat takjub dengan cerita mistis yang ada di kampusku sendiri, Kampus B Unair. Salah satu cerita yang menarik minatku adalah cerita tentang anak-anak kecil yang meninggal di belakang gedung Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Konon ceritanya, arwah mereka yang meninggal itu masih bergentayangan.

Pak Sabid bilang dulu pernah ada beberapa mahasiswa yang mabuk saat malam di gedung FISIP. Saat mereka asik ‘minum’, terlihat empat anak kecil bermain-main di jalan depan gedung. Iseng, mereka pun memanggil anak-anak itu, mengajak anak-anak tersebut ‘minum’. Saat anak-anak kecil itu menoleh, ternyata anak-anak itu mukanya serem. Semua mahasiswa beringsut lari ke pos satpam. “Saya kaget, ada apa mahasiswa lari-lari sambil teriak-teriak ke arah saya dan teman-teman yang sedang berjaga. Saya lihat wajah mereka pucat gitu mbak”, kenang pria yang berasal dari Ponorogo ini.

Untuk kisah lengkap tentang meninggalnya anak-anak kecil yang malang itu, pak Sabid menyuruhku mencari sopir Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) bernama Pak Yanto. Esoknya (6/7), setelah foto angkatan di depan gedung Rektorat, aku pun mampir ke FKH, mencari beliau. Aku bertemu Pak Yanto di area parkir motor FKH. Pak Yanto adalah orang yang mengangkat mayat anak-anak kecil itu. Awalnya, beliau enggan bercerita sebab beliau tidak begitu ingat dan sepertinya tidak ingin mengulas kisah pilu tersebut. Namun, dengan muka melas dan sedikit rayuan dari teman-teman pak Yanto yang sedang menjaga parkir bersamanya, akhirnya pak Yanto pun mau bercerita.



Sebelum tahun 1997, FIB merupakan kampus fakultas eksakta, FKH. Dulu, area parkir motor FIB adalah kolam air besar. Orang di sekitar area ini sering menyebutnya dengan tandon. Suatu pagi di tahun 1989, hujan turun deras dan memenuhi tandon air. “Waktu itu kampus sedang libur mbak, tapi saya tetap jaga. Waktu pergi ke belakang gedung, saya lihat banyak anak bermain air di tandon. Ada yang berenang, loncat ke air, wes pokoke akeh cah dolan (pokoknya banyak anak bermain). Terus saya kembali ke pos saya di depan gedung”, cerita Pak Yanto.

parkir motor FIB yang dulunya tandon tempat empat  anak kecil tewas tenggelam

Singkat cerita, siang harinya, pak Yanto dikagetkan dengan beberapa orang tua yang mendatangi posnya dengan panik. “Ada ibu-ibu yang menangis mbak, meminta saya untuk menolong mereka. Saya pikir apa, eh ternyata saya disuruh mengambil mayat anak-anak mereka di tandon. Mereka tidak bisa berenang”, lanjutnya. Pak Yanto dan para orang tua pun bergegas menuju tandon. Hujan sudah reda beberapa menit yang lalu dan tanpa pikir panjang, pak Yanto langsung menceburkan diri ke tandon. Pak Yanto akhirnya berhasil mengangkat empat mayat anak kecil tersebut.

“Ya begitu lah ceritanya mbak. Saya bener-bener gak tega melihat mayat mereka mbak. Andaikan teman-teman mereka ke langsung ke pos dan meminta bantuan saya, mungkin nyawa mereka bisa tertolong”, sesal pak Yanto. Ternyata, saat keempat anak kecil tersebut akan tenggelam, anak-anak yang selamat itu berlari ke rumah mereka di daerah Gubeng Airlangga. Mereka meminta bantuan orang tua dan orang di kampungnya. Saat bantuan datang, nyawa keempat anak tidak tertolong. Naas memang.

Ya! Percaya gak percaya, beberapa orang memang nampaknya pernah ‘bertemu’ dengan hantu mereka. Selain mahasiswa yang diceritakan pak Sabid tadi, orang-orang di sekelilingku rupanya pernah mengalaminya. Pak Abdi, misalnya. Pak Abdi, penjual batagor dan siomay di kantin FIB mengaku pernah melihat anak-anak kecil berlarian di kantin FIB saat maghrib. Pria yang umurnya berkisar 30-an ini dengan berani menegur mereka agar main di tempat lain. “Kalau gak salah, ada tiga atau empat anak gitu mbak. Mereka lari-lari di sini. Terus saya tegur, eh mereka gak ngreken (menggubris). Salah satu dari mereka menoleh ke arah saya dan tersenyum. Tiba-tiba, dia berlari menembus seorang mahasiswa yang sedang berjalan ke arah saya”, cerita Abdi. “Saya kaget setengah mati mbak. Saya langsung istighfar dan cepat-cepat membereskan warung dan saya pulang”, lanjutnya.

Setelah mendengar cerita pak Abdi, Kamis siang (7/7) aku pun bercerita ke teman kelasku. Namanya Luther Alexander Tobing. Karena umurnya dua tahun lebih tua dariku, aku memanggilnya om Luther. Selesai aku bercerita, om Luther berganti menceritakan pengalamannya. Temanku yang berdarah batak ini mengaku bisa melihat dan merasakan kehadiran makhlus ‘halus’!

Om Luther bilang beberapa hari lalu, saat menjelang maghrib dia pernah melihat seorang mahasiswi dan teman-temannya berjalan di depan parkir motor FISIP. Di belakang perempuan itu terdapat empat anak kecil mengikutinya. Awalnya, om Luther kira, mereka akan bermain dengan perempuan itu. Tapi tiba-tiba, perempuan itu berlari ke pojok parkiran motor FISIP dekat gudang dan duduk sambil memegangi kedua lututnya. Om Luther melihat perempuan itu menangis histeris. Perempuan itu juga berteriak-teriak. Spontan, teman-temannya pun mengejar dan memeganginya.

Om Luther 100% yakin kalau anak kecil itu pasti bukan manusia. Anak-anak itu hanya berdiri memandangi perempuan itu. Tidak ada satupun dari teman perempuan itu yang menyadari kehadiran mereka dan tiba-tiba om luther berkata, “aku yakin, pasti cewek itu lagi ‘dapat’ (menstruasi)”. Lah! Beberapa saat sebelum aku cerita kisah ini ke Om Luther, aku mendatangi parkir motor FIB (yang dulunya tandon) dan memotretnya. Aku ingat kalau sekarang aku lagi menstruasi. Dari tempat aku duduk bernama KBU, aku melihat empat anak kecil yang berbalik arah menatapku. Aku pun merinding.

Ini ceritaku, apa ceritamu?

ditulis oleh Mayarani N. Islami - 070915072

PS:
I Love this Final Exam :D
thanks to mas Igak & mas Rendy
for everything...

No comments:

Post a Comment