Di jaman yang serba modern dan canggih ini membuat kebutuhan akan teknologi menjadi lebih banyak. Akses informasi yang cepat, mudah dan terjangkau menjadi kebutuhan yang tak dapat dihindari oleh masyarakat.
Kenyataan itulah yang melatar belakangi perusahaan Kanada yakni Research In Motion (RIM) mengeluarkaan produk teknologi terbarunya, Blackberry. Blackberry sendiri dalam kerjanya menggunakan jaringan data nirkabel dari layanan perusahaan telepon genggam sehingga kemunculannya ini mengejutkan dunia dan menarik masyarakat untuk menggunakannya. Kemunculan awalnya di Indonesia pada pertengahan Desember tahun 2004 melalui operator Indosat dan Perusahaan Starhub ini, seakan mampu menarik hati banyak masyarakat Indonesia sedekar untuk memilikinya.
Kepemilikan Blackberry oleh banyak masyarakat ini tak dapat dipisahkan dari konsekuensi akibat hadirnya teknologi baru. Jaringan komunikasi yang telah terbangun antar orang per orang pun tentu akan terpengaruh terkait hadirnya Blackberry. Oleh sebab itu, jika seseorang dalam suatu komunitas adalah pengguna Blackberry, maka kecenderungan anggota lain akan juga menggunakan karena hal tersebut mempengaruhi jaringan komunikasi mereka, memperluas koneksi dan me-maintence komunikasi. Layaknya yang diungkapkan Citra Pratiwi, mahasiswa Komunikasi angkatan 2008 ini menggunakan Blackberry lantaran kakakknya yang sudah terlebih dulu pakai. “Soalnya waktu itu dapat hasutan dari kakakku yang pake duluan, eh ternyata seru,” ceritanya lantas tertawa. Begitu juga yang diungkapkan Tri Wulan, “kalau buat aku, semua orang jadi lebih deket sama aku , sama komunitasku juga tetep deket karena kan bisa buat grup BBM, nah disitu kita justru bisa ngobrol tanpa harus ketemu.”
Tak pelak, Blackberry atau yang biasa disebut BB ini dianggap telah mempunyai kemampuan atau fasilitas cukup lengkap, seperti layanan chatting (BBM), E-mail, jejaring sosial, dan lain-lain serta dapat menyediakan layanan informasi yang cepat dan praktis akhirnya mampu menjaring banyak penikmat. Sehingga penikmatnya menjadi sangat tergantung dengan ponsel bertubuh tambun ini. “Soalnya kalau dari BB, kita bisa ngimel, langsung di tempat,” ujar mahasiswi yang mengaku memiliki BB sejak awal tahun 2009 ini. Noncit, begitu ia akrab disapa ini mengaku dengan BB ia mendapat kecepatan dan kemudahan untuk mengirim e-mail yang terkait tugas-tugasnya. Seakan mengamini, pendapat yang sama datang dari Tri Wulan, gadis berusia 20 tahun ini mengatakan BB menyediakan kemudahan baginya untuk memperdalam pengetahuan terkait kuliahnya selain itu, melalui Blackberry Messengger ia bisa saling bertukar informasi. “Ya selain dipergunakan buat komunikasi juga buat browsing2 tugas kadang, karena lewat BB semua bisa diakses kan, sebenernya aku yang nggak bisa lepas dari BBM nya sih,“ jelasnya dengan gamblang.
Perkembangan jejaring sosial juga mempengaruhi seseorang untuk terus merasa butuh dengan smartphone satu ini. Kepentingan hiburan inilah yang juga menjadi faktor sampai seseorang seakan tak mampu berpaling dari layar BB. Seperti apa yang disampaikan pula oleh Tri Wulan yang akrab disapa Wulan, “buat twitteran, Foursquere, , plurk, tumblr, visualize, fb juga biar gaul kalau pake kan dimanapun kapanpun pasti bisa akses itu dengan mudah,” ceritanya lantas tertawa.
Agaknya keunggulan BB itulah yang membuat addict atau kecanduan, users semakin susah untuk melepaskan diri dari ponsel yang terdiri dari banyak tipe ini. “Saat ini dengan sangat menyesal aku bilang aku sangat tercandu,” ungkap gadis yang mengaku sempat katrok saat pertama pakai BB. Oleh karena itu kemana-mana iapun selalu membawa BB. Namun cerita agak berbeda dengan yang diungkapkan Citra, “Kalau dibilang addict itu mungkin dulu pertama kali, update status terus lah, trus lalalanya, tp makin kesini-makin kesini, agaknya jd males, I mean, nggak se excited dulu lagi, sekarang banyak yang lebih eksiskan ya? Udah males kalau fb-an, twitteran juga ga se nyampah dulu?” pungkasnya. (nin)
Chairina R(070810660)
No comments:
Post a Comment