Friday, May 13, 2011

Menuju Perpustakaan Berkelas Dunia


Universitas Airlangga ikut berlari seiring tuntutan jaman untuk menjadi universitas berkelas dunia. Perpustakaan Unair sebagai salah satu bagian dari universitas tentu tidak mau ketinggalan dalam ”arak-arakan” menuju world class university ini. Dalam kapasitasnya sebagai media informasi, perpustakaan unair melakukan suatu terobosan dalam program kerjanya sejak 2010 lalu. Terobosan ini diwujudkan dengan berbagai akselerasi dan pembenahan di berbagai bidang, salah satunya teknologi.

Pertama adalah penambahan bandwith Wi-Fi perpustakaan berdasarkan keluhan berbagai pihak tentang terbatasnya akses di perpustakaan. Salah satunya tentang jam buka perpustakaan. Selama ini banyak yang mengeluh, mengapa perpustakaan harus tutup hari Minggu. Padahal saat itulah kesibukan kuliah rehat sejenak, mahasiswa bisa menimba ilmu lain dengan membaca atau sekedar browsing di internet untuk menyiapkan tugasnya. ”Ada juga kritik konstruktif, katanya Unair World Class University (WCU). Harusnya perpustakaannya tidak pernah tidur,” ungkap Koko Srimulyo, Drs., M.Si, kepala perpustakaan Unair.

Dengan keluhan ini, ditambahlah jam buka perpustakaan seperti yang kita rasakan sekarang. Setiap Senin hingga Jumat buka hingga pukul tiga pagi di Wi-Fi area, sedangak Sabtu dan Minggu juga tetap buka, hanya hingga sore. Bisa dihitung penggunaannya Mahasiswa yang menggunakan fasilitas wi-fi pun bertambah. ”Otomatis kami menambah bandwith. Ini menjawab pula persoalan internet yang lemot di jam-jam tertentu,” jelasnya. Soal berapa besar bandwith yang difasilitasi saat ini, pihaknya tidak berkenan menjelaskan. ”Nanti kalian seenaknya download yang nggak penting, ha ha,” kelakarnya.

            Standart perpustakaan WCU berbasis teknologi, salah satunya juga mengenai koleksi buku dan e-book. Inilah program kedua untuk peningkatan mutu teknologi di perpustakaan. Untuk e-book paling tidak, perpustakaan mempunyai 10.000 judul. Diakhir tahun 2009 lalu, perpus sudah mengoleksi 3567 judul. Tahun ini dengan gerakan wakaf file, dari civitas akademik terutama dosen, Koko yakin target itu akan terpenuhi. Data terakhir di tahun 2011 ini sudah mencapai 60% dari yang diharapkan.

            Yang ketiga adalah integrasi sistem. Integrasi sistem yang dimaksud disini adalah mensinergikan sistem akses informasi antara ruang baca dan perpustakaan induk. Jadi ketika kita ingin mencari buku dengan judul tertentu, kita bisa mengakses katalognya dari mana saja. Efisiensi waktu, juga efisiensi tenaga.
Misalnya mahasiswa FKM ingin mencari buku sosial, buku ini tidak ada di kampusnya tapi ada di ruang baca FISIP. Bagaimana ia tahu jika sistemnya tidak sinergi? Berputar ke seluruh perpus unair dan ruang baca fakultas, tentu buang-buang waktu dan tenaga. Ia cukup mencarinya di komputer akses searching ruang baca FKM, jika koleksi tersebut ada, maka disana akan muncul keberadaan buku tersebut. Misalnya di ruang baca FISIP, atau di perpustakaan besar kampus B. 

            Sejak tahun 2004, perpustakaan Airlangga sudah mengembangkan sistem ini. Pilot projectnya waktu itu adalah Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), FISIP dan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM). Sistem integrasi ini berhasil, namun masih belum dikembangkan ke fakultas lainnya. Sekarang, program yang digunakan, diseragamkan dulu sehingga aksesbilitasnya tinggi. Layanan katalog hasil integrasi sistem ruang baca-perpustakaan induk ini juga bisa diakses underweb di situs lib.unair.ac.id.

            Jika integrasi sistem akses komputer ini sudah tercapai, langkah selanjutnya adalah integrasi sistem layanan, baik sistem hubungan antar ruang baca atau ruang baca dengan perpustakaan, maupun soal sumber daya manusia. Perpustakaan dan ruang baca juga akan membuat kesepakatan untuk resourch sharing. Yaitu saling berbagi dan melengkapi koleksi buku satu sama lain. (puspita)

No comments:

Post a Comment