Salah satu hak sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, Surabaya, adalah bebas menggunakan fasilitas Wireless Fidelity atau biasa disingkat Wi-Fi untuk berselancar di internet. Tetapi bagaimana kalau fasilitas tersebut tidak dapat dinikmati dengan leluasa? Hal tersebut dialami oleh para mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Leo adalah salah satunya. Mahasiswi Sastra Inggris ini mengaku jengah dengan sambungan internet di fakultasnya. “Waktu dulu baru masuk, internet lancar. Tapi setelah itu ada perbaikan, lantas jadi lambat, kadang malah nggak nyambung. Lalu diperbaiki lagi, tapi sama saja. Lama-lama aku malas pakai wi-fi kampus,” keluh mahasiswi angkatan 2009 itu, saat ditemui Jumat (13/5) “Apalagi wi-finya nggak bisa dipakai di semua tempat.”
Pernyataan Leo diamini oleh rekannya, Carla. Menurutnya, kecepatan internet yang disediakan oleh Laboratorium Komputer FIB malah lebih baik. “Jadi aku lebih sering nge-net di sana. Apalagi kalau sedang benar-benar butuh buat garap tugas,” tuturnya. Carla pun makin jarang membawa laptop-nya ke kampus. “Aku terakhir pakai wi-fi semester 3. Sekarang kapok.”
Namun bukan mahasiswa namanya jika tidak mencoba mencari pemecahan masalah. Hani, misalnya. Mahasiswi jurusan Sastra Inggris angkatan 2010 ini memilih memundurkan waktu pulangnya demi bisa mendapatkan kecepatan maksimum saat bertamu ke dunia maya. “Kalau pagi atau siang kan banyak yang pakai, jadi lemotnya minta ampun. Aku biasanya pakainya malam,” ujar gadis berjilbab ini. Hani mengaku tak masalah harus pulang saat hari sudah gelap hanya untuk main internet. “Saya kos, jadi tidak ada yang mengomeli kalau harus pulang malam-malam. Selain itu bisa berhemat,” katanya. Tak hanya itu cara yang ditempuh mahasiswa FIB demi mencari sambungan internet. Nimas, mahasiswi Sastra Inggris lainnya, rela berkelana ke fakultas lain. “Saya biasanya pindah ke FISIP, walau kadang sama saja sih,” kata gadis berambut sebahu ini.
Menurut Unit Sistem Informasi FIB (USI FIB), hal tersebut terjadi karena padatnya lalu lintas internet pada jam tersebut. “Bandwidth setiap fakultas dijatah oleh Unair pusat. Oleh para admin, bandwidth tersebut dibagi tiga, yakni untuk dosen, untuk mahasiswa, serta untuk admin sendiri,” terang Aziz, salah seorang petugas USI FIB. Dia kembali menerangkan bahwa sesungguhnya, Wi-Fi FIB diperuntukkan bagi mahasiswa, sebab Wi-Fi untuk dosen telah disediakan khusus. “Kalau Wi-Fi-nya lambat, itu karena jumlah mahasiswa yang menggunakannya banyak,” imbuhnya.
Aziz pun menjelaskan tentang keluhan Leo mengenai jangkauan sinyal Wi-Fi yang tak terlalu luas. “Jangkauannya memang terbatas. Hanya di sebelah selatan gedung FIB, sementara bagian utara yang dekat dengan FISIP belum ter-cover.”
Penulis sendiri sempat akan mencoba Wi-Fi di FIB. Namun ternyata, untuk menyambungkan perangkat ke sinyal Wi-Fi, diperlukan registrasi. “Memang sengaja kami buat seperti itu. Hal itu dilakukan untuk, yang pertama, pendataan. Sementara yang kedua, demi keamanan,” Aziz berujar. Dia menambahkan, bahwa prioritas Wi-Fi di fakultas itu adalah mahasiswa FIB. Jika ada mahasiswa dari fakultas lain ingin ber-internet nirkabel ria, maka mereka harus melalui proses yang sama seperti mahasiswa FIB, yaitu melakukan registrasi terlebih dahulu. “Registrasi tersebut berlaku sekali untuk seterusnya. Asal mereka tidak ganti laptop, maka tidak masalah.”
Nampaknya, Leo dan kawan-kawan harus bersabar sedikit lebih lama untuk mendapatkan internet bebas hambatan. Sebab, akan ada penerapan sistem internet baru yang dilakukan oleh kantor pusat, sehingga bandwidth Wi-Fi FIB akan turun di akhir pekan selama dua minggu. “Saya sendiri masih belum tahu apakah sistem internet tersebut, yang jelas akan ada penurunan jumlah bandwidth. Sehingga internetnya mungkin akan jadi sangat lambat, atau malah tidak bisa dipakai sama sekali,” terang Aziz lagi.
No comments:
Post a Comment