Jouw (nama samaran), seorang mahasiswa semester tiga salah satu Perguruan Tinggi Negeri ternama di Surabaya, menolak bahwa pemakai narkoba jenis ganja selalu dianggap sebagai pecandu. Ganja adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia, rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab.
Tanaman ganja biasanya dibuat menjadi rokok mariyuana dan hanya tumbuh di pegunungan tropis dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia, ganja dibudidayakan secara ilegal di Provinsi Aceh. Biasanya ganja ditanam pada awal musim penghujan, menjelang kemarau sudah bisa dipanen hasilnya. Hasil panen ganja berupa daun beriut ranting dan bunga serta buahnya berupa biji-biji kecil. Campuran daun, ranting, bunga, dan buah yang telah dikeringkan inilah yang biasa dilinting menjadi rokok mariyuana.
”Siapa yang bilang coba-coba itu bakal jadi pecandu. Enggak selalu, tergantung gimana orangnya manage nafsu,” tegasnya. Pemuda 20 tahun ini kali pertama mencoba ganja saat berusia 17 tahun. Ketika itu, ia ditawari oleh salah seorang temannya untuk bersama-sama mencoba daun tersebut di salah satu rumah rekannya yang lain. Barang itu dibeli temannya dari salah seorang bandar, yang tidak dapat disebutkan namanya, dengan harga 50 ribu rupiah per pocket. Satu pocket ganja setara dengan tiga batang rokok. Apabila si bandar sedang sepi barang, ia tidak merasa gelisah ataupun sakit-sakitan karena baginya ganja bukan candu.
Menurut Jouw, efek negatif secara umum adalah pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban dalam berpikir. Namun, tambahnya, hal tersebut masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung medical marijuana dan marijuana pada umumnya. Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu, termasuk kanker, banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreativitas dalam berpikir serta dalam berkarya, terutama pada para seniman dan musisi.
Pikiran yang santai, damai dan tenang merupakan tujuan pemuda berambut gondrong ini untuk menghisap ganja sambil diiringi dengan alunan musik reggae, shoegaze dan dub music. Namun, disisi lain, dampak buruk jangka panjang dari ganja membuatnya berpikir dua kali untuk terus mengonsumsi barang tersebut. ”Iya tau, bisa bikin daya ingat dan konsentrasi menurun drastis sama ceroboh juga. Dan aku sekarang sudah ngrasain itu,” ungkapnya. Oleh karena itu, sekarang ia tidak mau lagi untuk berurusan dengan daun memabukkan tersebut.
Tanaman yang tingginya mencapai dua meter ini menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika Serikat. Selain itu ganja dan opium juga didengungkan sebagai simbol perlawanan terhadap arus globalisme yang dipaksakan negara kapitalis terhadap negara berkembang. Di India, sebagian Sadhu, penyembah dewa Shiva menggunakan produk tumbuhan ini untuk melakukan ritual penyembahan dengan cara menghisap melalui pipa. Di India, sebagian Sadhu, penyembah dewa Shiva menggunakan produk tumbuhan ini untuk melakukan ritual penyembahan dengan cara menghisap melalui pipa.
Tanaman ganja biasanya dibuat menjadi rokok mariyuana dan hanya tumbuh di pegunungan tropis dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia, ganja dibudidayakan secara ilegal di Provinsi Aceh. Biasanya ganja ditanam pada awal musim penghujan, menjelang kemarau sudah bisa dipanen hasilnya. Hasil panen ganja berupa daun beriut ranting dan bunga serta buahnya berupa biji-biji kecil. Campuran daun, ranting, bunga, dan buah yang telah dikeringkan inilah yang biasa dilinting menjadi rokok mariyuana.
”Siapa yang bilang coba-coba itu bakal jadi pecandu. Enggak selalu, tergantung gimana orangnya manage nafsu,” tegasnya. Pemuda 20 tahun ini kali pertama mencoba ganja saat berusia 17 tahun. Ketika itu, ia ditawari oleh salah seorang temannya untuk bersama-sama mencoba daun tersebut di salah satu rumah rekannya yang lain. Barang itu dibeli temannya dari salah seorang bandar, yang tidak dapat disebutkan namanya, dengan harga 50 ribu rupiah per pocket. Satu pocket ganja setara dengan tiga batang rokok. Apabila si bandar sedang sepi barang, ia tidak merasa gelisah ataupun sakit-sakitan karena baginya ganja bukan candu.
Menurut Jouw, efek negatif secara umum adalah pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban dalam berpikir. Namun, tambahnya, hal tersebut masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung medical marijuana dan marijuana pada umumnya. Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu, termasuk kanker, banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreativitas dalam berpikir serta dalam berkarya, terutama pada para seniman dan musisi.
Pikiran yang santai, damai dan tenang merupakan tujuan pemuda berambut gondrong ini untuk menghisap ganja sambil diiringi dengan alunan musik reggae, shoegaze dan dub music. Namun, disisi lain, dampak buruk jangka panjang dari ganja membuatnya berpikir dua kali untuk terus mengonsumsi barang tersebut. ”Iya tau, bisa bikin daya ingat dan konsentrasi menurun drastis sama ceroboh juga. Dan aku sekarang sudah ngrasain itu,” ungkapnya. Oleh karena itu, sekarang ia tidak mau lagi untuk berurusan dengan daun memabukkan tersebut.
Tanaman yang tingginya mencapai dua meter ini menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika Serikat. Selain itu ganja dan opium juga didengungkan sebagai simbol perlawanan terhadap arus globalisme yang dipaksakan negara kapitalis terhadap negara berkembang. Di India, sebagian Sadhu, penyembah dewa Shiva menggunakan produk tumbuhan ini untuk melakukan ritual penyembahan dengan cara menghisap melalui pipa. Di India, sebagian Sadhu, penyembah dewa Shiva menggunakan produk tumbuhan ini untuk melakukan ritual penyembahan dengan cara menghisap melalui pipa.
No comments:
Post a Comment