Monday, May 16, 2011

Saatnya jadi Tuan Minyak di Negeri Sendiri


             Grup band Koesplus pernah membuat lagu everlasting yang menggambarkan kemakmuran Indonesia. Bait-baitnya menggambarkan kesuburan bahkan tongkat kayu ditanam pun tumbuh! Negara agraris, selalu itu yang digembar-gemborkan. Ada yang terluput dari cara pandang orang Indonesia terhadap bangsanya – kita juga punya minyak. Ya!! Emas hitam ini begitu melimpah di Indonesia. Tapi coba cek satu per satu, adakah yang bersih dari pengelolaan asing? Tidak ada!!

            Tahun 2011 ini beberapa kontrak pengelolaan kilang dan sumur minyak bumi di Indonesia tutup buku. Ada sekitar 4 perusahaan minyak asing yang kontraknya mau habis. Maka tahun 2011 inilah yang menjadi titik penting apakah bangsa Indonesia mau menjadi tuan minyak atau tetap hanya menjadi kuli dan tuan tanah yang dibodohi. Untuk itulah diadakan refleksi dan pandangan dari beberapa pihak untuk menyongsong keputusan penting soal keputusan perminyakan dalam sebuah seminar nasional yang digagas oleh Akbar Tandjung Institute bekerja sama dengan Perpustakaan Universitas Airlangga dan Ikatan Alumni FISIP Unair.



Seminar ini bertajuk “Pengelolaan Sumber Daya Alam Migas, Belajar dari Kasus Block West Madura Off Shore ” dan diselenggarakan di Ruang Parlinah, kamis 12 Mei 2011 lalu. Sebagai keynote speaker dihadirkan Akbar Tandjung, selaku ketua Institute dan politisi yang peduli terhadap perminyakan. Pembiacara yang dihadirkan tidak main-main, yaitu mereka yang tahu betul duduk persoalannya – seperti Heru Widjatmiko (Aspermigas Jakarta), Reurishond Baswir (FE-UGM) dan Edy Juwono Slamet (FE Unair, ahli asing).

Dalam pembicaraan yang berapi-api, Heru Widjatmiko sebagai orang yang tahu betul industri perminyakan di Indonesia – mendukung segala gerakan pengalihan setelah masa kontrak habis. “Pengalihan ini adalah cara paling aman, daripada kita harus eksplorasi. Menunggu kontrak habis, lalu kita beli saham terbesarnya – adalah cara yang paling elegan,” ungkapnya. Sebab eksplorasi membutuhkan biaya yang besar, dan jika gagal resikonya tinggi. Kalau pengalihan seperti ini, bank pasti mau meminjami uang karena minyak sudah ada, resiko kecil karena tinggal meneruskan. Disinilah pemda wajib diajak. “Bukan seperti selama ini, kecipratan keluhan warga aja. Daerah yang ada minyaknya wajib makmur,” ujarnya.

Hal inilah yang terjadi di Block West Madura Off Shore yang dikelola asing dan tidak berdampak sama sekali bagi rakyat. “Tidak ada imbas untuk warga. Kami ini warga Madura bukan berada dibawah garis kemiskinan lagi, tapi tenggelam jauh di bawahnya,” ungkap Saiful, mahasiswa dari Madura yang menjadi peserta dalam seminar ini. Pernyataan ini pun disambut geer peserta yang lainnya. Sebagai ahli perekonomian di Madura, dan mengetahui persis Madura seperti apa, Baswir sependapat soal pengalihan pasca kontrak, namun tuntutan agar tetesan hasil bumi ini tidak hanya untuk elit politik saja harus diperjuangkan. “Karena biasanya seperti itu. Kita ada potensi untuk pengelolaan dan bagi hasil, tapi apakah nantinya akan dibagi secara jujur. Kemana larinya, apakah ke pemprov Jawa Timur? Lalu berapa besar yang kembali ke Madura dari pendapatan sekian banyak itu,”ungkapnya.

Sementara itu, undang-udang kita masih di”setir” oleh perusahaan-perusahaan asing. “Bayangkan mereka menulis itu tanpa dosa di website mereka,” ungkap Edy Juwono. Tulisannya berbunyi bahwa PT.X  telah memberikan jaminan sekian rupiah untuk eksistensi dan pengawasan undang-undang sekian. Memberikan dana untuk perombakan undang-undang sekian. Edy menyarankan bahwa kita harus melihat persoalan minyak ini secara global, bahwa Indonesia masih dijajah. Persoalan negara-negara timur tengah yang bergolak adalah persoalan minyak. “Nah kita ini nggak perlu perang, soalnya Indonesia ini ibarat orang ditaboki sampai babak belur, tapi tetep terima kasih.  Pemerintah harus tegas!” serunya. Karena itu dimana pun ada kesempatan, pada daerah yang ingin merdeka seperti Aceh, Papua, Maluku, Edy sangat mendukung mereka merdeka. “Tapi, ya jangan merdeka sendirian, ajaklah Indonesia ini merdeka bersama. Karena kita ini masih terjajah, “ pungkasnya. (puz)

No comments:

Post a Comment