“Kalau komponen minyaknya ada empat jadi susah nentuin HLB nya, nilainya besar-besar juga,”
itulah sepenggal kalimat yang belum tentu dipahami semua orang yang terlontar dari Zahar, mahasiswa Fakultas Farmasi angkatan 2008. Pendapat Zahar tersebut kemudian ditanggapi ramai oleh teman-temannya. Sebagian setuju sebagian menyela pendapat Zahar dengan pernyataan lain.
Suasana belajar dan diskusi bersama tampak nyata di hadapan 12 mahasiswa yang duduk mengitari meja Galeri Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) itu. Buku-buku dan kertas-kertas berserakan di meja Galeri Fisip, komputer lipat menyala di hadapan mereka, suara tuts keyboard ditekan bagaikan tak mau kalah dengan sorak sorai pertandingan futsal yang berlangsung seru di parkir Timur Fisip Senin sore (16/5).
Di hari kuliah biasa, suasana diskusi atau mengerjakan tugas seperti ini tentu mudah ditemui di kawasan Kampus B Universitas Airlangga. Namun bagaimana jika suasana ini terlihat saat hari cuti bersama Senin (16/5) dan libur Hari Raya Waisak Selasa (17/5)? Jawabnya ada pada sejumlah mahasiswa Farmasi yang selama dua hari ini, (Senin Selasa, red.) menjadi penunggu nomaden di Galeri Fisip. Mahasiswa Farmasi yang didominasi oleh angkatan 2008 ini sedang disibukkan dengan tugas kelompok menyusun jurnal praktikum untuk mata kuliah Semisolida.
Setidaknya ada lima meja Galeri di Fisip, baik yang berada di sisi barat dan timur yang digunakan mahasiswa Farmasi ini sebagai tempat berdiskusi. Setiap galeri berisi satu kelompok yang jumlah anggotanya berkisar antara 6 hingga 12 mahasiswa. Cukup membuat atmosfer di Fisip menjadi lebih ber-Eksakta.
Mereka menggunakan tempat tersebut sejak pukul 09.00 WIB pagi, karena gedung fakultas farmasi tutup di hari libur. Alih-alih mencari literatur di ruang baca Fakultas Farmasi, akses listrik pun tidak bisa mereka lakukan karena listrik hanya ada di dalam gedung fakultas. Sehingga saat gedung fakultas tutup, otomatis kegiatan mahasiswa dalam kampus terhenti.
Bagi Aisyiyah Beta, hari cuti bersama dan libur Hari Raya Waisak, menjadi hal yang cukup mengganggu. “Yang ada perpus sama kampus malah tutup, jadi susah, nggak bisa nyari literatur tugas,” ucapnya.
Hal yang serupa diungkapkan Noverika, “Hari libur jadi nggak ngaruh, biasa aja. Malah kita harus ganti jadwal praktikum di hari lain,” ucap mahasiswa Farmasi semester enam ini sambil terus mengetik.
Laporan praktikum, memang sudah menjadi sahabat setia bagi mereka. Bagi mereka sendiri tiada praktikum tanpa laporan praktikum dan tiada hari tanpa praktikum.
“Karena, kita tugasnya banyak, ya sekalinya ada waktu luang (libur,red.) mending buat ngerjain tugas,” Aditia Laily menimpali.
Hingga sore pukul 15.30 WIB mahasiswa Farmasi tersebut masih tekun mengerjakan tugas mereka di Galeri Fisip. Hal yang sama mereka lakukan keesokan harinya Selasa (17/5). Mereka telah stand by di salah satu meja Galeri Fisip hingga sore hari. Bagi mereka makna libur menjadi sangat ambigu ketika harus disandingkan dengan tugas yang tak pernah mengenal kata libur. Suasana cuti bersama atau libur Hari Raya Waisak menjadi tak terasa bagi mereka. "Libur terus, tapi tugas juga jalan terus," pungkas Noverika mantap. (dul)
RIZA ROIDILA MUFTI/071015063
Tempat mengerjakan tugas tak jadi soal asalkan laporan peneitian selesai tepat waktu. |
No comments:
Post a Comment