Saturday, May 14, 2011

Taekwondo: Korea's Gift to The World


Taekwondo, sebuah jenis olahraga bela diri asal Korea, kini telah merambah luas di masyarakat. Mulai dari tingkat Sekolah Dasar, sampai dengan perkuliahan, menambahkan Taekwondo kedalam daftar ekstrakurikuler mereka, tak terkecuali Universitas Airlangga.
UNAIR- Belasan orang berseragam putih-putih dengan berbagai warna sabuk terlihat melakukan pemanasan di depan halaman Kampus B Universitas Airlangga pada Kamis (12/05) kemarin. Seragam yang mereka kenakan bernama Dobog , merupakan seragam yang digunakan untuk latihan Taekwondo. “Nama tempat latihannya sendiri disebut Dojang”, tutur Muhammad, salah seorang Sabeumnim (pelatih dalam Taekwondo) saat ditemui malam itu. Menurutnya, Taekwondo sekarang tidak seperti Taekwondo bertahun-tahun lalu, jika dulu jarang sekali ada ekstra kurikuler Taekwondo di sekolah-sekolah, kini, anak kelas satu SD saja sudah banyak yang memegang sabuk kuning atau satu tingkat diatas sabuk dasar yang berwarna putih. Begitupun di Universitas Airlannga. UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Taekwondo ini pertama kali didirikan pada tanggal 10 Desember 1982 dan diresmikan oleh Rektor kala itu pada tanggal 18 Desember 1982. Itu berarti sudah sekitar 29 tahun Taekwondo UNAIR berdiri. “Tahun-tahun terakhir ini, perkembangannya sangat pesat, banyak sekali yang kemudian mendaftar di dojang Unair, bukan hanya mahasiswa Unair saja, tetapi masyarakat umum juga ada, dan kita memang menerima semuanya”, tambah Muhammad.
            Taekwondo bukan merupakan bela diri murni, tetapi juga dipadukan dengan seni melalui Poomsae nya (perpaduan gerakan-gerakan dalam Taekwondo) merupakan daya tarik tersendiri bagi mahasiswa ataupun masyarakat untuk mempelajari Taekwondo. “Di Taekwondo itu ada Poomsae dan Taekwondo dance-nya, jadi bagi yang nggak suka  fight atau kyurigi, bisa juga memperdalam poomsae, bahkan untuk Taekwondo dance juga dilombakan”, tutur Ega, salah seorang Taekwondoin.Di Taekwondo Unair sendiri, ada tiga orang pelatih yang memiliki keahlian berbeda, Ari misalnya. Mahasiswa akhir Fakultas Kedokteran Gigi ini sudah dikenal jago dalam Poomsaenya. Selain masuk dalam Puslatda, Ari juga sering sekali menjuarai berbagai Kejuaraan Taekwondo, baik Daerah maupun Nasional. Selain sebagai pelatih, Ari juga bisa disebut sebagai penyumbang medali bagi Unair atas prestasinya tersebut.
            Dalam taekwondo, ada tingkatan sabuk yang harus didapatkan melalui Ujian Kenaikan Tingkat (UKT). Urutan sabuk dalam Taekwondo yaitu: putih, kuning, kuning strip hijau, hijau, hijau strip biru, biru, biru strip merah, merah, merah strip satu, merah strip dua, dan hitam. Untuk sabuk hitam sendiri ada tingkatannya disebut Dan. Dan terdiri dari Dan 1 sampai Dan 10. Sampai saat ini,  Dan tertinggi di Indonesia adalah Dan 5. “Ujian Dan sangat susah sekali, mengingat harus menghapal gerakan Koryo,Keumgang,dll, dan jika lulus, akan sangat puas dan bangga karena dapat sertifikat langsung dari Kukkiwon,Korea”, ujar Muhammad. Selain berlatih untuk mengikuti UKT, mereka juga digembleng untuk menjadi atlet yang bisa diterjunkan mewakili Unair di berbagai kejuaraan Taekwondo. Wulan misalnya, dia sudah berkali-kali mengikuti kejuaraan dan hasilnya tidak mengecewakan. “Sebelum kejuaraan, setiap hari kita terus latihan untuk mendapat hasil terbaik. Bagi yang Kyurigi (fight), berlatih dengan ahli kyurigi, dan yang poomsae dengan pelatih poomsae, jadi hasilnya maksimal”, tuturnya.
            Dalam Taekwondo, tambah Muhammad, kita tidak hanya diajarkan mengenai cara menyerang lawan, tetapi juga untuk menghormati lawan. Budi pekerti, kejujuran, ketabahan, pengendalian diri dan semangat pantang menyerah merupakan asas yang ditanamkan Taekwondo kedalam diri Taekwondoin. Dengan mengusung motto “Walaupun rintangan datang silih berganti, semangat Taekwondoin akan tetap abadi”, menjadi salah satu penyemangat UKM Taekwondo Airlangga untuk terus menoreh prestasi.

No comments:

Post a Comment