Monday, May 16, 2011

Oemar Bakrie di Zaman Reformasi

Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri

Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi

Jadi guru jujur berbakti memang makan hati

Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri

Oemar Bakri... Bikin otak orang seperti otak Habibie

Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri

Seperti penggalan lirik lagu berjudul Oemar Bakrie ciptaan Iwan Fals diatas. Postingan kali ini akan mengangkat masalah pendidikan yang ada di Indonesia. Seperti yang kita ketahui sebutan pahlawan tanda jasa yang melekat pada identitas guru sepertinya sudah tidak layak.

Banyak guru yang mendapat gaji kecil kemudian melakukan demo, pelecehan - pelecehan yang dilakukan oleh guru kepada muridnya, komersialisasi biaya pendidikan dengan menaikkan biaya – biaya pendidikan. Apakah sebuah lagu yang diciptakan oleh Iwan Fals mengenai potret seorang guru berpenghasilan kecil yang tetap setia membagi ilmu pengetahuan kepada anak didiknya hanyalah sebuah mimpi belaka?

Seorang mahasiswa komunikasi unair angkatan 2009, Luther Alexander mencoba menjawab dan mewujudkan mimpi dari lagu tersebut. Ia rela mendidik anak – anak yang jalanan yang berada di sekitar pintu air sungai Jagir.

Ketika ditanya mengenai arti pendidikan baginya, luther menjawab, pendidikan adalah sebuah tonggak sejarah dan merupakan tumpuan masa depan. Ia merasa kemajuan suatu negara sangatlah ditentukan oleh pendidikan. Seperti masalah yang pertama kali dipertanyakan oleh kaisar Jepang ketika Hiroshima dan Nagasaki di bom oleh sekutu ialah berapa jumlah guru yang tersisa, ujarnya.

Selain itu, Luther pun juga mengatakan bahwa alasannya untuk mendidik anak – anak tersebut ialah karena ia akan merasa puas dan bangga apabila dapat berbagi ilmu kepada sesama yang membutuhkan. Ia beranggapan jika ilmu tidak akan pernah berkembang apabila kita tidak membaginya kepada orang lain, begitu pula sebaliknya.

Ketika ditanya mengenai mulai sejak kapan ia mengajar, luther menjawab pertama kali ia mengajar anak –anak tersebut sejak tahun 2008. Ia pun menambahkan selama ia mengajar anak – anak tersebut ia hanya diberi uang transport saja. Ia mengajar setiap hari rabu dan jum’at. Luther juga menceritakan, jumlah murid yang diajarnya sekitar 5 – 16 orang yang berumur sekitar 13 – 18 tahun.

Disamping itu, ia pun mengatakan pelajaran yang ia ajarkan kepada anak – anak sesuai dengan kemapuannya di bidang hitung – hitungan, seperti matematika, fisika. Sehingga bahasa Inggris tidak ia ajarkan karena ia merasa kurang mampu untuk memberikan materi tersebut.

Akhirnya saat ditanya mengenai harapan Luther di masa depan, ia mejawab jika keputusannya mengajar anak- anak yang kurang mampu itu ialah agar orang lain, mahsaiswa – mahasiswa lain dapat ikut menularkan ilmu yang dimilikinya untuk teman – teman yang membutuhkan.(gal)

No comments:

Post a Comment