Sunday, May 15, 2011

Bidik Misi: Antara Kebanggaan dan Pengabdian


Tingginya biaya pendidikan di Indonesia saat ini akhirnya mengakibatkan timbulnya masalah-masalah baru. Masalah-masalah baru tersebut menjadi lebih kompleks karena mempengaruhi usaha pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia dan menuju pada kesejahteraan masyarakat. Padahal pendidikan ialah eskalator sosial ekonomi yang merupakan instrumen rekayasa struktural masyarakat ke depan.
            Semakin sulit dijangkaunya biaya pendidikan di tanah air, membuat masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, yang mana jumlah keluarga miskin di Indonesia masih menempati angka yang cukup tinggi sulit untuk bersekolah hingga jenjang yang tinggi. Sehingga anak-anak dari keluarga kurang mampu tak dapat meningkatkan status sosial dan ekonominya sendiri. Melihat situasi tersebut, pemerintah tidak tinggal diam. Bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan Nasional, terselenggaralah program beasiswa bagi lulusan SMA yang bersal dari keluarga kurang mampu dan berprestasi untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang universitas. Program ini dinamakan program Bidik Misi, di mana telah diselenggarakkan sejak tahun 2010 lalu.
            “Saya senang sekali dengan program Bidik Misi, karena memang bisa membantu ya..” ujar Punari, S.Sos., M.Si yang menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga Surabaya. Menurutnya, dengan adanya program Bidik Misi, mahasiswa dari golongan tidak mampu dapat melanjutkan ke bangku kuliah secara gratis. Dengan begitu, tingkat pendidikan di Indonesia akan meningkat nantinya.
            Hadirnya program bidik misi ini juga ditanggapi sangat positif oleh penerimanya. Salah seorang contohnya ialah Wieke Setiowati, gadis yang baru saja ditetapkan lulus dari SMA Negeri 14 Surabaya ini merasa sangat senang dengan adanya program yang sangat membantunya untuk melanjutkan kuliah. “Saya senang sekali, kan awalnya saya mikir nggak akan bisa nerusin kuliah, tapi alhamdulillah dapet bidik misi,” ungkap cewek yang tinggal di kawasan Nginden ini. “Sama sekali nggak nyangka, bangga akhirnya bisa kuliah di kedokteran hewan Unair,” lanjutnya lantas tersenyum.
            Dalam prosesnya, bidik misi ini ditangani secara langsung oleh Rektorat Universitas terkait, di mana pihak kemahasiswaan didelegasikan untuk menghubungi calon-calon mahasiswa yang diterima. “Ini, kalau bidik misi ini prosesnya bukan kewenangan kita, tapi dari rektorat, kita hanya menghubungi,” kata Punari. Pria murah senyum ini lantas menambahkan bahwa dalam bidik misi, benar-benar pihak kemahasiswaan fakultas tidak ikut campur untuk menentukan, dengan kata lain hanya sebagai pihak penghubung saja.
            Kehadiran bidik misi ditanggapi positif dan membanggakan bagi penerima serta penyelenggara pendidikan. Namun, keberadaannya juga menimbulkan sedikit problem. “Gini, penerima bidik misi ini saya nilai kurang loyal kepada Unair,” ungkap Punari kembali. “Melihat penerima bidik misi 2011, mereka suka tidak datang di upacara, seminar yang diadakan Unair, kan harusnya mereka loyal dengan universitasnya melihat mereka penerima bidik misi, sudah dibantu,” tambahnya. Pria klimis ini menyatakan bahwa penerima bidik misi kerap tidak menghormati dengan yang memberikan beasiswa, banyak menuntut dengan berdemo dan menyudutkan universitas terkait duit bidik misi. “Padahal kan, kita hanya penyelenggara, duitnya semua ada di Bank Indonesia, bukan kita,” pungkasnya sedikit emosional.
            Sebenarnya program yang digagas salah satunya oleh Muhammad Nuh ini, sangat baik dan membantu. Oleh karenanya, menurut Punari bidik misi tahun ini harus punya komitmen yang jelas dan selektif. “Ya agar lebih selektif karena masih banyak datang dari keluarga cukup mampu, oh iya mudah-mudahan penerima bidik misi belajar yang rajin karena banyak penerimanya malah enak-enakan, mungkin mereka merasa sudah lebih pintar dari teman-temannya yang lain,” ceritanya. Bapak yang ramah ini juga menambahkan bahwa jangan setelah menerima bidik misi, mahasiswa jadi terlalu manja dan menjadi banyak menuntut Universitas. (nin)



~Chairina (070810660)

No comments:

Post a Comment