Namun, siapa sangka, kamera dengan sistem pengoperasian manual dan menggunakan roll film atau lebih dikenal dengan sebutan kamera analog ini masih saja digemari. Hal tersebut disampaikan Arnanda (22), mahasiswa Ilmu Komunikasi Unair, ketika ditemui di KBU Fisip Unair (12/5). Nanda, begitu ia disapa, merupakan salah satu anggota dari dari UKM Fotografi Unair dan Surabaya Toy Camera, sebuah komunitas pecinta toy camera (salah satu jenis kamera analog) yang berdiri sejak 2009 lalu. “Di Komunikasi Unair ada sekitar delapan orang yang juga pecinta kamera analog dan kami juga rutin hunting foto bareng, di Surabaya Toy Camera sendiri juga sudah ada sekitar 50an anggota“, papar mahasiswa yang sedang menyusun skripsinya ini. Mungkin dari situ, lanjut Nanda, kamera analog bisa dikatakan masih digemari, terutama oleh kalangan mahasiswa.
Kamera analog mempunyai beberapa kelebihan, disamping hasilnya yang unik dan artistik, harga yang ditawarkan pun juga relatif lebih murah dibanding digicam. “Tone warna dan permainan cahaya yang unik dan kadang absurd menjadi alasan saya kenapa lebih milih analog, dan mungkin pendapat fotografer yang memakai analog juga kurang lebih seperti itu”, tegas Nanda. Menurutnya, dari segi kreatifitas, fotografer analog lebih berani dalam menggali ide-ide kreatif mereka. Banyak hasil jepretan mereka yang tergolong tidak ’biasa’. Menangkap momen menggunakan analog memang dinilai memiliki taste yang beda. ”Beda aja rasanya motret pakai kamera digital dengan analog. Kalau salah, lewat kamera digital kan bisa dihapus. Tapi kalau pakai analog hasil fotonya terasa lebih mengejutkan,” ujarnya. Walaupun setiap memproduksi karya foto harus merogoh kocek sekitar 35 ribu rupiah untuk pembelian, pencucian dan scanning roll film, hal tersebut sama sekali bukan soal bagi Nanda. Harga kamera analog bervariasi. Berkisar dari 5.000 rupiah saja hingga 4 juta rupiah. Cara mendapatkannya juga mudah. Kamera analog biasanya dijual di distro-distro, forum jual beli kamera, pasar loak gembong, Tugu Pahlawan, atau di pasar loak dan pasar turi.
Tentunya, teknologi jadul juga mempunyai kelemahan jika dibandingkan dengan teknologi baru. Selain terdapat beban pada biaya produksi, hasil foto dari kamera analog juga susah untuk diperhitungkan dan juga tidak dapat seenaknya untuk jepret-hapus foto layaknya digicam. “Teknologinya masih pakek roll film, jadi blm bisa jepret-hapus kayak kamera digital,” imbuhnya. Selain itu, digicam sudah menggunakan hardisk untuk menyimpan setiap hasil karya foto. Daya tampungnya pun lebih besar jika dibandingkan dengan analog yang hanya mampu menyimpan sampai 36 buah foto.
“Dulu,awalnya cuma pingin tampil beda dengan tidak memakai kamera digital dan juga didukung dengan keterbatasan biaya untuk membeli kamera digital hehe”, papar Nanda sambil tertawa ketika ditanya mengenai awal mula ‘terjerumus’ dalam hobi dengan gadget jadulnya tersebut. Dari kamera jadulnya itulah, ia mulai mengenal dan bergabung dengan komunitas-komunitas pecinta kamera analog. Bersama dengan teman-teman komunitasnya, ia mengaku sering mendapatkan undangan untuk mengisi workshop ataupun diskusi tentang kamera analog di acara-acara pameran seni ataupun konser musik indie.
Ku juga punya kamera analog, tapi gak tau cara pakainya......
ReplyDeleteboleh gabung gak, sekalian blajar cara fotografi analog.......Trims
OKTAGON XILA
ReplyDeleteBUKA HARGA PROMO..
MELAYANI ORDERAN CAMERA DAN ACCESORIES CAMERA
Menjual Camera dan Lensa dengan berbagai merk dan type, lengkap accesories.
PRODUK KAMERA OKTAGON :
-CANON DSLR
- SONY DSLR
- NIKON DSLR
-PENTAX
- DLL
PRODUK LENS OKTAGON :
-Lensa Canon
-Lensa untuk Nikon
-Lensa penuh
-Lensa Tambron
- DLL
Alamat : di Jalan Gunung Sahari Raya No. 50A
Kelurahan Gunung Sahari Selatan,
Kemayoran Jakarta Pusat 10610
https://www.facebook.com/pages/Oktagon-Xila/852438378160259?ref=hl
CATATAN : UNTUK PENGIRIMAN LUAR KOTA KITA MENGGUNAKAN JASA PENGIRIMAN JNE, POS, CARGO
CP : 0818 626 840
pin bb : 2B4BF2C6
Great and that i have a neat supply: Where To Learn Home Renovation house renovation application
ReplyDelete