Semenjak kantin milik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik mengalami kebakaran pada bulan Februari kemarin, banyak mahasiswa FISIP yang kemudian berpindah ke Pujasera FIB. Selain ada renovasi kantin, mereka juga menemukan bahwa harga makanan di kantin FIB lebih murah.
UNAIR-Kantin bertuliskan Pujasera Fakultas Ilmu Budaya yang terletak di depan parkiran FISIP ini sekarang tidak pernah sepi oleh mahasiswa. Tidak hanya mahasiswa FIB sendiri, melainkan mahasiswa dari lain fakultas seperti Farmasi, Fakultas Ekonomi, dan fakultas tetangga yaitu FISIP. Menurut salah satu penjual, memang ada kenaikan pembeli yang signifikan pada dua bulan terakhir ini. Hal tersebut tentu saja berpengaruh pada keuntungan yang diperoleh masing-masing penjual. Alfian, salah satu penjaga stan Teh Gopek membenarkan hal itu. “Ya, keliatan banget bedanya mbak, dulu hanya terjual 400 sampai 600 gelas tiap harinya, sekarang mencapai 600-700 gelas”, ujarnya. Kalau dulu pendapatannya hanya sekitar 400 ribu, sekarang mencapai 700 ribu sampai 800 ribu. “Yang paling laris adalah Ice Tea jumbo, karena murah dan ukurannya memang jumbo”, tambahnya. Jualannya yang buka pada jam 7.30 pagi sampai 16.30 ini seakan mendapatkan berkah dari musibah yang dialami kantin FISIP. Selain itu, menurut salah seorang pembeli, Novia, mengaku kalau teh jumbo merupakan produk favorit di kantin ini, dengan harga berkisar 2500-5000 rupiah. 2500 rupiah untuk ice tea biasa, 3000 untuk ice tea jumbo dan 5000 rupiah untuk milk tea. Kisaran harga itu sangat terjangkau untuk kalangan mahasiswa.
Tidak hanya penjual makanan yang merasa diuntungkan, tetapi mahasiswa juga. Karena harga makanan di kantin FIB termasuk murah. Harga untuk nasi ayam saja hanya 6000 rupiah per porsinya. Selain itu, jenis makanan di kantin tersebut sangat bervariasi. Mulai dari makanan bandung, sampai pempek, juga soto betawi ada disana. Orrind, salah seorang mahasiswa dari FISIP yang setiap hari makan di kantin tersebut mengungkapkan bahwa alasan utama makan disitu karena murah. “Murah, makanannya enak dan bermacam—macam, bukannya kantin FISIP kurang enak atau apa, tapi lebih suka makan disini karena ada diruang terbuka, jadi suasana enak dan tidak full asap rokok”, tuturnya. Pengakuan mahasiswa lain, Tika misalnya, dengan uang saku yang harus dibagi dengan ongkos naik angkot, harga makanan di FIB ini termasuk murah. Bagi mahasiswa yang kebanyakan anak kos, tentunya hal tersebut bisa menghemat pengeluaran. “hitung-hitung hemat, karena kebanyakan makanan disini porsinya besar juga, jadi saya hanya perlu makan sekali antara pagi dan siang”, tutur Kinara, salah satu mahasiswa.
Hal tersebut akhirnya saling menguntungkan antara penjual dan pembeli di kantin tersebut. Harapannya agar suasana kantin lebih nyaman agar kedepannya bisa menambah pemasukan penjual.
Ide tulisannya sangat bagus dan relevan dengan target audience. Judul tulisan juga sangat sexy dan catchy.
ReplyDeleteSayangnya, isi tulisan ini lebih banyak mengupas tentang profil Kantin FIB, sehingga judul yang sexy itu tidak dipenuhi dalam isi tulisannya. Kalimat "Mahasiswa FISIP mengungsi" yang dijual ternyata hanya muncul di pembuka dan satu kalimat di badan tulisan.
terima kasih atas masukannya, bisa menjadi catatan perbaikan untuk berita selanjutnya.
ReplyDelete