Saturday, May 14, 2011

Little Korea di Departemen Ilmu Komunikasi


Di Los Angeles, California, Amerika Serikat, terdapat sebuah distrik yang disebut Little Korea. Sama seperti Chinatown atau Little India, Little Korea merupakan tempat dimana sebagian besar keturunan Korea tinggal di Amerika Serikat. Uniknya, Little Korea ini merupakan satu-satunya di Amerika, karena imigran Korea paling banyak berada di Negara Bagian California. Sebagian besar artis K-Pop yang berkarir di Korea Selatan pernah tinggal di California. Sebut saja solois NS Yuri maupun anggota girlband Kara, Nicole.
                Berbicara tentang K-Pop, akhir-akhir ini penggemar K-Pop semakin banyak. Begitu pula yang ada di Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Unair. Setiap hari, bisa dilihat penggemar K-Pop berkumpul membicarakan artis kesayangan mereka nun jauh di Korea Selatan sana. K-Pop, atau kependekan dari Korean Pop, merupakan salah satu aliran musik yang diusung oleh para artis penyanyi Korea Selatan. Sesungguhnya, pop yang mereka bawa sama seperti aliran pop pada umumnya, namun karena mereka membawa musik mereka beserta budaya, bahasa, serta tampilan mereka yang berbeda dari penyanyi pop yang ada pada umumnya, maka para penyanyi asal Korea Selatan membentuk genre musik baru, yakni K-Pop.
                Penggemar K-Pop, terutama di Komunikasi, umumnya  menyukai jenis musik tersebut berawal dari drama Korea yang banyak diputar di televisi swasta Indonesia. “Pertamanya, aku suka dramanya dulu, lantas tahu soundtrack-nya, akhirnya suka sama musiknya juga,” tutur Nia, mahasiswi Komunikasi angkatan 2008. Nia, serta sebagian besar penggemar K-Pop di Komunikasi mulanya menyukai drama tersebut saat masih duduk di bangku SMP. Saat itu, drama Korea yang menjadi hits adalah Winter Sonata. Uniknya, butuh waktu bagi mereka untuk mulai menyukai musiknya. Rata-rata baru menyukai musik K-Pop saat sudah duduk di bangku kuliah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh meledaknya lagu boyband Super Junior yang berjudul Sorry, Sorry. Lagu ini mencetak hits di seluruh Asia pada tahun 2009. Seperti pengakuan Novia, mahasiswi Komunikasi 2009. “Aku pertama kali tahu tentang K-Pop, ya tahu Super Junior dulu. Waktu itu aku sudah kuliah. Padahal tahu drama Korea sejak SD atau SMP,” terangnya.
                Namun bagi para mahasiswi ini, apakah yang menarik dari K-Pop? Jawaban yang umumnya keluar dari mulut mereka tak jauh-jauh dari kodrat sebagai perempuan: wajah tampan. “Aku nggak munafik, aku memang suka sama boyband Korea karena mereka ganteng-ganteng,” kata Ega, Komunikasi 2009. Tapi Ega menolak jika para idolanya dikatakan hanya jual tampang. “Mereka juga punya kemampuan menari dan akting. Serta, mereka harus bekerja keras untuk meraih mimpi mereka jadi artis,” belanya. Apa yang dikatakan oleh Ega ada benarnya. Semua penggemar K-Pop tahu bahwa tidak ada grup Korea yang debut tanpa melewati proses training yang panjang dan melelahkan. Mereka harus di-training selama minimal 2 tahun di sebuah talent agency. Bahkan ada yang membutuhkan waktu lebih dari 5 tahun training sebelum bisa debut. Pemimpin grup Super Junior, Leeteuk, misalnya. Leeteuk baru memulai karirnya bersama Super Junior setelah training selama lebih dari tujuh tahun. Selain wajah rupawan, kemampuan menari mereka juga patut diacungi jempol. Sasa, Komunikasi 2009 mengatakan yang paling dia sukai dari K-Pop adalah penampilan mereka yang disuguhkan di atas panggung. “Dance mereka keren. Koreografinya bagus,” tuturnya.
                Berbicara mengenai K-Pop, maka identik dengan girlband ataupun boyband. Dari sekian banyak grup band yang berasal dari Korea, siapakah yang menjadi favorit para mahasiswi pecinta K-Pop di Komunikasi? Beragam jawaban muncul dari mereka. Namun boyband Super Junior muncul sebagai favorit dari sebagian besar gadis-gadis ini. Selain alasan-alasan di atas, ada juga yang menyebutkan bahwa Super Junior menjadi favorit karena kekompakan mereka. Suci Komunikasi 2009 misalnya. “Persahabatan mereka sangat erat. Bagaimana mereka bisa menyayangi satu sama lain, aku suka banget. Patut dicontoh,” terangnya.
                Semua hal tentu memiliki dua sisi. Ada suka cita dibalik kesenangan mereka menyukai K-Pop, namun ada juga hal-hal yang tidak menyenangkan. Yang paling sering mereka terima adalah komentar negatif dari teman-teman sesama mahasiswa Komunikasi. “Sering banget waktu kita download video K-Pop, teman-teman langsung berkata, ‘Hayo! Pasti Korean-koreaan lagi!’” cerita Shafira, Komunikasi 2010. “Iya. Mereka sering bilang kalau selera kita aneh,” sambung Rizki Fitriana, Komunikasi 2010.  Selain itu, menjadi penggemar K-Pop berarti siap-siap merogoh kantong dalam-dalam. “Barang-barang K-Pop itu mahal dan jarang. Umumnya dijualnya online,” terang Ega. Mahasiswi berjilbab ini sendiri telah memiliki beragam pernak-pernik K-Pop. Mulai dari majalah, gantungan handphone, pin, poster, hingga kaus boyband kesayangannya. Biar begitu, mereka bertekad untuk terus menyukai K-Pop untuk waktu yang mereka sendiri belum tahu. “Mungkin sampai bosan,” kata Nobek, Komunikasi 2009.

No comments:

Post a Comment