Perkembangan teknologi yang diiringi dengan kemajuan dalam bidang pendidikan dapat melahirkan suatu inovasi baru dalam masyarakat. Hal ini ternyata juga diiyakan oleh Oky Febrihantoro, mahasiswa semester enam Fakultas Sains dan Teknologi Universaitas Airlangga ketika diwawancarai mengenai pengalamannya dalam mengkonstruksi robot.
Pembuatan robot line followers analog, line followers digital, dan robot cerdas pemadam api merupakan beberapa hasil karya dan kerja keras yang pernah dialami Oky. Mahasiswa program studi diploma tiga Otomasi Sistem Instrumentasi ini mengatakan bahwa sebenarnya dalam membuat sebuah robot itu tidak diharuskan memiliki kemampuan atau kepintaran khusus. ”Bikin robot itu otodidak. Saya dan teman teman hanya mempelajarinya dari buku dan satu orang dosen pembimbing yang kebetulan juga belajar merakit robot secara otodidak.” jelasnya.
Robot line followers memiliki kemampuan untuk berjalan sesuai dengan garis lurus yang disediakan sebagai jalurnya. Namun kedua jenis robot line followers yang pernah dibuatnya berbeda dalam hal pengoperasian dan instrumen yang digunakan. “Robot line followers analog tidak menggunakan software untuk jalan, hanya pakai rangkaian hardware dan mekanik. Kalau yang digital menggunakan software untuk menjalankannya.” Jelasnya.
Dalam pembuatan robot, hardware, software, dan mekanik merupakan tiga instrumen penting yang memiliki ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Instrumen hardware terdiri dari rangkaian-rangkaian elektronik yang berfungsi untuk menjalankan robot. Sensor, powersupply, dan motor merupakan sebagian komponen-komponen hardware robot. Instrumen robot kedua merupakan otak robot yang terletak pada software. Software tersebut dimasukkan dalam chip atau yang disebut codevison AVR. Badan dan bentuk robot tergabung dalam instrumen ketiga, yaitu mekanik.
“Ketiga instrumen itu diumpamakan segitiga yang saing berhubungan. Kalau salah satu instrumen jelek, yang lainnya juga ikut jelek. Percuma saja kalau softwarenya sama mekaniknya bagus tapi hardwarenya jelek. Nanti robotnya malah tidah bisa jalan.” tegasnya.
Selama tiga tahun mempelajari perakitan robot, oky telah berulang kali menguji kemampuannya di berbagai kontes robot, salah satunya adalah Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) yang diselenggarakan pada tanggal 7 Mei 2011 di Gedung Robotika Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Robot cerdas pemadam api rakitannya ikut ambil bagian pada kontes ini.
“Robot cerdas pemadam api ini memiliki sensor jarak, sensor garis, sensor api dan kompas untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Setiap robot harus cari jalan keluar sendiri dari labirin yang disediakan dan mencari sumber api.” jelasnya.
Meskipun robot miliknya mampu untuk keluar dari labirin, tetapi robotnya gagal untuk memadamkan api. Kipas yang digunakan untuk memadamkan api ternyata tidak bekerja maksimal. Alhasil, perjuangan oky pada KRCI berakhir pada babak 16 belas besar saja.
Dia mengakui kegagalannya pada KRCI memang disebabkan banyaknya kelemahan pada komponen-komponen yang digunakan pada robotnya. Kebanyakan komponen yang dipakai pada robotnya menggunakan komponen-komponen bekas yang telah dipakai pada robot-robot miliknya yang lain. Keterbatasan dana merupakan penyebab utama.
“Kita kurang dukungan dari pihak rektorat dan fakultas. Untuk dana kita pakai uang pribadi dan bantuan dari teman-teman.” imbuhnya. Dia juga menambahkan untuk membuat robot cerdas pemadam api setidaknya membutuhkan biaya minimal dua puluh juta.
No comments:
Post a Comment