Selain berfokus pada peningkatan akademik mahasiswa, Universitas Airlangga Surabaya juga berorientasi pada peningkatan soft skills mahasiswa. Berbagai cara pun direncanakan dan direalisasikan oleh pihak Rektorat. Salah satunya adalah peningkatan kemampuan kepemimpinan dan organisasi. Salah satunya adalah melegalkan dan mengijinkan berdirinya organisasi intra kampus seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) pada tingkat Universitas dan Fakultas, Himpunan Mahasiswa (HIMA) pada tingkat Jurusan atau Departemen, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pada tingkat Universitas, dan Badan Semi Otonom (BSO) pada tingkat Universitas, Fakultas, dan Departemen. Masing-masing dari organisasi kemahasiswaan ini memiliki program kerja sendiri-sendiri. Program kerja tersebut direalisasikan melalui berbagai kegiatan dan acara yang diadakan secara rutin dan insidental.
Acara yang diadakan banyak jenisnya. Dari call for paper, seminar, workshop, lomba, dan acara kesenian. Banyak hal pun harus dipersiapkan oleh mahasiswa termasuk pendanaan. Pendanaan merupakan hal yang sangat mendasar dan penting untuk keberlangsungan acara. Tidak ada dana, acara tidak akan mungkin berlangsung. Tak ayal, permasalahan pendanaan ini sering membuat mahasiswa unair dalam kesulitan apalagi jika dana yang dibutuhkan belum tercukupi.
"Saya bisa sampai tidak tidur dua hari dua malam memikirkan masalah dana", cerita Astrini Aning, mahasiswa sekaligus pengurus Hima Akuntansi FE Unair. Hal yang senada pun diungkapkan oleh Clarisa Finanda, pengurus BEM Fakultas Kedokteran, "Kalau dana yang dibutuhkan banyak dan masih jauh dari cukup, bisa bikin nggak konsen kuliah, bikin nggak tidur, pokoknya pusing deh." Pernyataan yang sedikit beda diungkapkan oleh Muhammad Sultonul Haq, pengurus Hima Komunikasi FISIP Unair, "Bagiku pribadi dan beberapa teman di Hima Komunikasi sih kekurangan dana emang masalah dan bikin cenat cenut. Tapi, justru disitulah tantangannya. Kami belajar untuk mencari solusi dan dituntut untuk menjadi kreatif menyelesaikan pendanaan itu. Bahkan, kami belajar untuk mencegahnya."
Memang masalah dana membuat mahasiswa kelabakan. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat mereka untuk berusaha mengatasi masalah pendanaan. Mereka pun menyiapkan berbagai strategi dan rencana. Hal yang pasti dilakukan oleh para mahasiswa adalah mengajukan kerjasama dengan berbagai perusahaan atau mencari sponsor. Bisa dikatakan cara ini bukanlah cara yang mudah. Mahasiswa harus pandai-pandai bernegosiasi dengan pihak sponsor.
Kelemahan acara ini terletak pada proses negosiasi yang cenderung lama dan bentuk kerjasama yang dilakukan. "Kalau sekarang, jarang ada sponsor yang mau untuk kasih fresh money. Kebanyakan pihak sponsor memberi produk. Padahal yang dibutuhkan uang." cerita Aning. Untuk menanggulangi kesulitan ini, mahasiswa pun mengakalinya dengan cara barter. Mahasiswa mengajukan tawaran publikasi dengan produk dari perusahaan yang dibutuhkan untuk keberlangsungan acara. "Teman-teman biasanya membuat daftar kebutuhan acara dalam bentuk produk lalu mencari sponsor yang sekiranya bisa memenuhi produk itu. Kami pun menawarkan publikasi logo sponsor lewat poster, spanduk, baliho, dan adlibs" lanjut mahasiswa semester empat ini.
Cara yang ditempuh oleh Haq dan teman-teman Hima Komunikasi Unair pun hampir sama. "Kalau kami sih pilih perusahaan yang punya program CSR yang sama dengan acara kami. Kami tidak memilih secara acak. Jadi, kerja kami lebih efektif dan terfokus. Kami juga menerapkan sistem barter." jelas Haq. Jika dana yang didapat dari sponsor tidak mencukupi, ada beberapa strategi lagi yang diterapkan oleh mahasiswa. Cara yang paling sering dilakukan adalah berjualan. Mulai berjualan minuman, snack, aksesoris, hingga berjualan baju. "Berjualan itu sudah pasti dilakukan oleh teman-teman. Biasanya jualan minuman dan snack di kampus setiap hari." ujar mahasiswa Kedokteran semester 4, Clarisa. "Kalau lagi niat banget, temen-temen belain jualan jasa. Biasanya buka stan pemeriksaan gula darah dan tekanan darah hari minggu di TP pagi (Tugu Pahlawan, red)", lanjutnya.
Selain berjualan, mahasiswa pun punya segudang cara yang menarik dan kreatif. Ada beberapa mahasiswa yang rela 'mengamen' di kampus. Hampir tiap hari menjelang acara, segerombolan mahasiswa pun mengitari kampus Unair dan bernyanyi di sekitar mahasiswa lain yang juga bergerombol. "Sebenarnya sih malu, nggak apa deh, daripada dananya kurang. Tapi cara ini dilakukan kalau udah mepet. hehe" kenang Aning. Cara yang berbeda dilakukan oleh Clarisa dan teman-teman FK Unair. "Paling sering kami meloakkan barang-barang bekas seperti baju, buku, sepatu, pokoknya apapun yang bekas deh". Walau uang yang didapat tidak banyak, namun cara ini layak dilakukan sebab tidak membutuhkan banyak tenaga.
Lain Clarisa, lain lagi Haq. Haq dan teman-teman Hima Komunikasi Unair lebih memilih untuk menjadi EO dadakan. "Pernah kami bekerja sama dengan pihak SCTV untuk membantu merealisasikan acara mereka, SCTV Goes To Campus (SGTC)" papar Haq, "Acara begitu sederhana, tidak membutuhkan dana dari pihak kami (Hima, red) tapi justru kami yang mendapat dana dari mereka dan pengalaman dan jaringan, tentunya" lanjutnya. Mengadakan acara orang memang tidaklah mudah dan bahkan kalau salah memilih justru bisa rugi di belakang. "Kalau pengen menerapkan cara ini, saya sarankan mencari acara yang tidak memberatkan teman-teman dan lingkupnya kecil seperti lingkup Universitas" saran mahasiswa yang menduduki posisi sebagai Ketua Divisi Student Event Organizer Hima Departemen Ilmu Komunikasi. (ibi)
ditulis oleh Mayarani N. Islami
Ide cukup menarik, eksekusi juga cukup lumayan, tapi secara keseluruhan it's just okay for me..
ReplyDeletemenarik dan bisa dijadikan contoh buat para mahasiswa yang mau ngadain event
ReplyDeleteTrims ya untuk informasinya, sangat bermanfaat.
ReplyDeleteOh ya, jangan lupa mampir baca artikel saya yang baru Strategi untuk Membangun Branding Event
Semoga bermanfaat,
Salam blogger.